Friday, October 5, 2018

LANDASAN PSIKOLOGI PENGEMBANGAN KURIKULUM


LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dikembangkan.

Landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan, dan oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam upaya pengembangannya. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa disesuaikan dengan tarap perkembangan peserta didik.

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik, intelektual, social emosional, moral, dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas perkembangannya.

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap tingkat perkembangan merupakan kajian yang terdapat dalam cabang psikologi perkembangan. Oleh sebab itu, dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.

1. Psikologi Perkembangan dan Kurikulum
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan–keunikan yang berbeda satu sama lainnya, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan dan gerakan–gerakan tubuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Di dalam psikologi perkembangan terdapat banyak pandangan ahli berkenaan dengan perkembangan individu pada tiap–tiap fase perkembangan.

Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping persamaannya. Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum, antara lain;
1.      Tiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya,
2.      Di samping disediakan pembelajaran yang bersifat umum (program inti) yang harus dipelajari peserta didik di sekolah, disediakan pula pembelajaran pilihan sesuai minat dan bakat anak,
3.      Kurikulum selain menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik,
4.      Kurikulum memuat tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan ketrampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan bathin.

Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak sebagai peserta didik terhadap proses pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut;
1.      Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan tingkah laku anak didik,
2.      Bahan/materi pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak,
3.      Strategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tahap perkembangan anak,
4.      Media yang digunakan selalu menarik perhatian dan minat anak didik, dan
5.      Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan dilaksanakan secara terus – menerus.

2. Psikologi Belajar dan Kurikulum
Merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana individu belajar. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar berasal dari kata ajar yang berarti suatu petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui/diturut. Segala perubahan perilaku yang trejadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan yang terjadi secara insting/terjadi  karena secara kebetulan bukan termasuk belajar.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 3 kelas, antara lain;

a. Teori disiplin daya/disiplin mental (faculty theory)
Menurut teori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya tertentu (faculties) yang masing–masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan sejenisnya. Potensi–potensi tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi secara optimal,daya berpikir anak sering dilatih dengan pembelajaran berhitung misalnya, daya mengingat dilatih dengan menghapal sesuatu. Daya yang telah terlatih dipindahkan ke dalam pembentukan lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian pembelajaran dalam konteks ini melatih anak didik dalam daya-daya itu, cara pembelajaran pada umumnya melalui hafalan dan latihan-latihan.

b. Behaviorisme
Dalam aliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup teori koneksionisme/asosiasi, teori kondisioning, dan teori operant conditioning (reinforcement). Behaviorisme muncul dari adanya pandangan bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu dipengaruhi oleh lingkungan (keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat). Behaviorisme menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut hal yang bersifat nyata yang dapat dilihat dan diamati.

Menurut teori ini kehidupan tunduk pada hukum S – R (stimulus – respon) atau aksi-reaksi. Menurut teori ini, pada dasarnya belajar merupakan hubungan respon – stimulus. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus – respon seoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu Edward L. Thorndike yang memunculkan tiga teori belajar yaitu, law of readiness, law of exercise, dan law of effect. Menurut hukum kesiapan (readiness) hubungan antara stimulus dengan respon akan terbentuk bila ada kesiapan pada system syaraf individu. Hukum latihan/pengulangan (exercise/repetition) stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih atau diulang – ulang. Hukum akibat (effect) menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan.

c. Organismic/Cognitive Gestalt Field
Menurut teori ini keseluruhan lebih bermakna dari pada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya terus-menerus sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru lebih berperan sebagai pembimbing bukan sumber informasi sebagaimana diungkapkan dalam pandangan koneksionisme, peserta didik lebih berperan dalam hal proses pembelajaran, belajar berlangsung berdasarkan pengalaman yaitu kegiatan interaksi antara individu dengan lingkungannya. 

Belajar menurut teori ini bukanlah sebatas menghapal tetapi memecahkan masalah, dan metode belajar yang dipakai adalah metode ilmiah dengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada akhirnya peserta didik dibimbing untuk mengambil suatu kesimpulan bersama dari apa yang telah dipelajari.
Prinsip-prinsip maupun penerapan dari organismic/cognitive gestalt field, antara lain;
1.      Belajar berdasarkan keseluruhan
Prinsip ini mempunyai pandangan sebagaimana proses pembelajaran terpadu. Pelajaran yang yang diberikan kepada peserta didik bersumber pada suatu masalah atau pkok yang luas yang harus dipecahkan oleh peserta didik, peserta didik mengolah bahan pembelajaran dengan reaksi seluruh pelajaran oleh keseluruhan jiwanya.
2.      Belajar adalah pembentukan kepribadian
Anak dipandang sebagai makhluk keseluruhan, anak diimbing untuk mendapat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara berimbang. Ia dibina untuk menjadi manusia seutuhnya yang memiliki keseimbangan lahir dan batin antara pengetahuan dengan sikapnya. Seluruh kepribadiannya diharapkan utuh melalui program pembelajaran yang terpadu.
3.      Belajar berkat pemahaman
Belajar merupakan proses pemahaman. Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan, dapat menyelaraskan sikap dan ketrampilannya. Ketrampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh sesuatu kesimpulan merupakan wujud pemahaman.
4.      Belajar berdasarkan pengalaman
Proses belajar adalah bekerja, mereaksi, memahami, dan mengalami. Dalam proses pembelajaran peserta didik harus aktif dengan pengolahan bahan pembelajaran melalui diskusi, Tanya jawab, kerja kelompok, demonstrasi, survey lapangan, dan sejenisnya
5.      Belajar adalah proses berkelanjutan
Belajar adalah proses sepanjang masa. Manusia tidak pernah berhenti untuk belajar, hal ini dilakukan karena faktor kebutuhan. Dalam pelaksanaannnya dianjurkan dalam pengembangannya kurikulum tidak hanya terpaku pada proses pembelajaran yang ada tetapi mengembangkan proses pembelajaran yang bersifat ekstra untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan anak didik tetapi menyangkut minat, perhatian, dan kebutuhannya. Dalam kaitan ini motivasi sangat menentukan dan diperlukan.

Berdasarkan uraian diatas ditemukan permasalahan antaranya yaitu
1.      Landasan psikologi pengembangan kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Bagaimana contoh konkritnya atau implikasinya psikologi perkembangan dan psikologi belajar dalam proses pembelajaran? Tolong jelaskan dengan contoh proses pembelajaran antara guru dan siswa!

2.      Dalam pengembangan kurikulum terdapat 4 komponen penting yang harus ada yaitu tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Dalam pengembangan kurikulum harus berdasarkan landasan yang mendasar mencakup keseluruhan atau universal. Salah satunya harus adanya landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum. Lalu bagaimana landasan psikologi tersebut dilihat dari 4 komponen tadi?

3.      Apakah dalam penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa ? jelaskan!


18 comments:

  1. Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik harus dituntut untuk benar-benar memahami mengenai segala bentuk perilaku, baikitu perilakunya sendiri ataupun perilaku orang-orang yang terlibat dalam tugasnya termasuk perilaku peserta didik. Hal ini dimaksudakan agar guru mampu menerapkan kewajiban dan perannya dengan efektif, efisien dan bermanfaat nyata dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah sebagai tempat dia mengajar. Berikut adalah beberapa peran guru dalam psikologi perkembangan :

    1.Membuat konsep yang tepat
    Peran guru dalam psikologi perkembanga yang pertama adalah membuat konsep yang tepat. Konsep seperti apa yang dimakasud? Konsep disini adalah berarti konsep perkembangan dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran di masing-masing kelas. Dengan guru memahami psikologi perkembangan, maka ia akan lebih mudah untuk memutuskan bentuk perubahan perilaku gunan mencapau tujuan pembelajaran.

    2.Strategi yang tepat
    Selain membuat konsep tujuan yang tepat, guru harus memahami psikologi pendidikan atau psikologi perkembangan, tepat mengambil strategi aau cara pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, segala bentuk metode belajar dan gaya belajar yang sedang dihadapi siswanya.

    ReplyDelete
  2. 3.Memberikan bimbingan atau konseling
    Selain mampu memberikan pengajaran yang baik bagi peserta didikk, peran guru dalam psikologi perkembangan yang lain adalah seorang guru mampu memberikan saran psikokogis yang tepat dan benar yakni dengan menumbuhkan hubungan interprsonal Anda dalam suasan keakraban antar individu sau denagn individu lainnya.

    4.Memberikan fasilitas dan mendorong motivasi belajar
    Memfasilitasi merupakan usahan untuk meningkatkan segala bentuk potensi yang dimiliki oleh siswa antara lain bakat, intelegensi dan minat. Lain halnya dnegan memotivasi berarti usaha guru untuk memberikan pacuan semangat kepada siswanya dalam mencapai sesuatu seperti prestasi dalam belajar. Guru dipastikan akan mengalami kesulitan untuk menjadi fasilitator ataupun motivator akibat dari minim pengetahuannya tentang psikologi.

    5.Suasana belajar kondusif
    Belajar akan lebih efektif jika terjadi di dalam suasana yang kondusif. Dengan pengetahuan psikologi yang baik, guru akan lebih mudah dalam mencipatakan suasanan yang kondusif di dalam suatu pembelajaran kelas sehingga tujuan belajar menjadi lebih cepat tercapai sebab peserta didik mendapatkan pelajaran dengan rasa senang.

    6.Lebih cepat tanggap dan berinteraksi
    Guru dengan memiliki pemahaman psikologi yang baik akan lebih bisa membaca segala sesuatu yang terjadi pada peserta didik. Seperti misalkan ketika ada seorang siswa yang akhir-akhir ini mengalami penurunan prestasi, guru yang tanggap akan segera mencari informasi, berinteraksi dengan siswa yang bersangkutan serta akan berusaha menjadi penasehat yang baik bagi siswanya tersebut.

    7.Menilai dengan adil
    Psikologi yang baik juga akan mengarahkan guru dalam memberikan penilaian secara adil baik itu dari segi teknis penilaian, bentuk-bentuk prinsip penilaian guru terhadap siswa hingga pada penentuan hasil-hasil pendidikan.

    8.Menguasai bahan materi
    Ibarat kata guru adalah penagajar dan pemberi arah ketika di dalam kelas. Apa jadinya bila ternyata sosok di tengah-tengah kelas tersebut malah tak menguasai bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswanya? Dengan memiliki pemahaman psikologi yang baik, guru akan lebih bertanggung jawab untuk mempersiapkan segala bentuk materi sehingga peserta didik dapat lebih mudah untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan.

    9.Memiliki pengetahuan yang luas
    Selain memiliki pengetahuan tentang bahan ajar yang diajarkan di dalam kelas, guru seyogyanya juga harus memiliki pengetahuan yang luas dalam segala topik permasalahan terbaru atau terupdate pada saat itu. Sebab, siswa yang memiliki pemikiran kritis tidak segan akan lebih banyak bertanya apalagi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang baru.

    10.Sebagai mediator yang baik
    Selain pengetahuan yang luas akan segala hal, guru yang memiliki pemaham psikologi yang baik juga akan menguasai media pendidikan. Media pendidikan adalah alat bantu komunikasi agar proses pembelajaran lebih efektif dan peserta didik dapat menangkap dengan jelas maksud dari materi yang diajarkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas penjelasan widia mnurut dian sudah ckup lengkap. Namun disni saya ingin menambahkam bahwa dalam proses pembelajaran guru harus mampu membuat siswa tersebut berkembang sesuai dengan bakat minat dan kebutuhannya. Agar siswa bebas dalam berkembang selama proses pembelajaran dan siswa disini harus mendapatkan pengalaman belajar yang tersirat dalam psikologi belajar bahwa sebagai perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Dalam psikologi belajar disini di bagi lgi menjadi 3 agar siswa mampu berkembang yaitu teori disiplin mental yaitu dalam proses pembelajaran berhitung misalnya. Daya mengingat dilatih dengan menghapal sesuatu. Daya yang telah terlatih dipindahkan ke dalam pembentukan lain. Pemindahan ini mutlah dilakukan melalui latihan karena itu pengertian pembelajaran dalam konteks ini melatih anak didik dalam daya daya itu. Yang kedua yaitu behaviorisme yaitu siswa belajar dari pengaruh lingkungan sekitar (keluarga, lembaga pendidkan dan masyarakat). Jadi peran guru disini bagaimana cranya membuat siswa mampu belajar dri lingkungan skitarnya. Tidak hanya berpatokan pada suatu teori ilmu yg sudah ada. Yg ketiga yaitu organismic dimana siswa belajar lebih bermakna karna guru dan siswa melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara kesuluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Dimana guru memberi stimulus dan mendapat respon aktif dari siswa secara terus menerus. Contohnya belajar berdasarkan keseluruhan yaitu pada suatu materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik bersumber pada suatu masalah atau topik yg luas dan meminta siswa untuk memecahkan masalah tersbut.

      Delete
  3. Menjawab permasalahan ketiga, Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap tingkat perkembangan merupakan kajian yang terdapat dalam cabang psikologi perkembangan. Oleh sebab itu, dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.
    Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam hal penentuan isi kurikulum yang diberikan/dipelajari peserta didik, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta manfaatnya yang disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik dan bagaimana peserta didik harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan pendapat rini mengenai pertanyaan nomor 3 yaitu penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa. dan sedikit menambahkan menurut saya penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa karena secara psikologis dalam k-13 ini Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah dalam pembelajaran dan dituntut untuk memiliki karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam setiap proses pemeblajaran yang dilakukan.

      Delete
    2. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    3. Terimakasih atas jawaban rini dan tanggapan kk fira. Namun saya ingin menambhkan bahwa dalam kurikulum 2013 ini pembelajarannya menutut kepada perkembangan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Lalu di ikuti dengan pengtuan dan keterampilan. Nah dsini membuktikan bahwa penerapan kurikulum 2013 sudah sesuai dengan psikologi belajar siswa yaitu belajar berdasarkan keseluruhan dimana guru memberikan materi bersumber pada suatu masalah atau pokok yang luas yg harus dipecahkan oleh siswa. Lalu belajar dalam pembentukan kepribadian dimana guru membimbing siswa agar siswa mendapat pengetahuan sikap dan ketrampilan secara seimbang. Dan jga belajar berkat pemahaman. Dimana belajar merupakan suatu proses pemahaman yang mengandung makna penguasaan dan pengetahuan dapat menyeleraskan sikap dan keterampilannya. Kemudian belajar berdasarkan pengalaman disini maksudnya siswa harus aktif dalam pembelajaran pengolahan bahan pembelajaran melalui diskusi tnya jawab kerja kelompok demontrasi dan sejenisnya. Kemudian yg terakhit yaitu belajar adalah proses berkelanjutan disini maksudnya siswa tidak pernah berhenti belajar atau belajar spanjang masa. Dalam pelaksanaannya yaitu pembelajaran tidak hanya terpaku pada prosesnya saja akan tetapi mampu mengembangkan pembelajaran yang bersifat ekstra untuk memenuhi kebutuhan peserta didik

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Menjawab permasalahan kedua, psikologis setiap masing-masing manusia berbeda dan itu juga mempengaruhi komponen-komponen dalam perumusan kurikulum. Karena pembelajaran itu dari siswa untuk siswa sehingga diperlukan analisis masing-masing psikologis siswa baik daya ingat, daya mengamati, daya pikir dan lainnya untuk menciptakan perumusan kurikulum yang dapat mewakili masing-masing psikologis dari suatu individu. Implementasi psikologis dalam segi komponen perumusan kurikulum. Berdasarkan tujuan maka bisa mengambil analisis psikologi secara umum yang mampu mewakili psikologis masinh-masing siswa agar tercapainya tujuan yang mampu dilaksanakan oleh masing-masing individu.
    Berdasarkan Isi/bahan ajar, maka bisa kita sistematiskan materi yang disampaikan dari sei C1 dahulu baru sampai C4 atau C6 (Kalau mampu)
    Berdasarkan Metode, maka kita harus memilih metode yang sesuai dengan psikologi siswa misal siswa didalam kelas beragam tingkat intelektualnya maka kita bisa mengangkat metode belajar yang mengheterogenkan siswanya agar yang pintar bisa mengajari yang kurang.
    Berdasarkan evaluasi, evaluasi sumatif dan formatif. Dikeduanya kita harus melihat evaluasi yang seperti apa harus dilakukan bila didasarkan dengan psikologis siwa yang kita ajar sebelumnya apakah metode sebelumnya sesuai dengan psikologisnya jika tidak bisa kita evaluasi lagi proses keseluruhannya

    ReplyDelete
  6. saya akan menjawab pertanyaan no.3
    Apakah dalam penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa ? jelaskan!
    Menurut pendapat saya, landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum salah satunya yang diterapkan di kurikulum 2013. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa dilihat dari proses belajar siswa yang lebih aktif dari kurikulum sebelumnya yaitu ktsp.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali, sependapat dengan fero bahwa landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum salah satunya yang diterapkan di kurikulum 2013. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa dilihat dari proses belajar siswa yang lebih aktif dari kurikulum sebelumnya.

      Delete
  7. untuk menjawab pertanyaan nomor 1 Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum yaitu:
    1) Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya.
    2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.
    3) Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
    4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai / sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin. Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut:
    1) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik.
    2) Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
    3) Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
    4) Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
    5) Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus menerus. contoh implikasi dalam kimia adalah :
    didalam RPP kita tau bahwa ada ki kd dan tujuan pembelajaran. nah, didalam RPP ini ada keterampilan / kemampuan seperti pemecahan masalah. contoh dalam pelajaran kimia, siswa diberi masalah pada materi koloid mengenai perbedaan dari golongan koloid lalu tingkah laku yang harus ada pada siswa ialah apakah siswa mampu mengobservasi yang mana koloid suspensi dan larutan. lalu siswa bertanya kenapa ini es krim di golongkan koloid, kopi digolongkan suspensi, dan, sirup digolongkan larutan. setelah itu siswa melakukan pencarian mengenai sifat koloid (suspensi, sirup, dan larutan) setelah didapat dia pahami dan dibaca lalu dia bisa membedakan kenapa koloid suspensi dan larutan itu berbeda. artinya dalam proses ini, tingkah laku siswa berubah yang tadi awalnya dia tidak tahu penggolongan koloid menjadi tahu, dan dari sini siswa akan mendapatkan ide" baru mengenai contoh" lain dari koloid seperti gel, sabun
    dalam psikologi perkembangan ini, anak diajarkan untuk berpikir bagaimana cara anak dapat menyalurkan ilmunya sehingga ia berkontribusi untuk dirinya sendiri dan masyarakat sekitar.

    ReplyDelete
  8. Landasan psikologi juga mampu mengidentifikasi minat dan bakat seorang individu. Dunia pendidikan sangat penting memperhatikan minat dan bakat peserta didik agar proses pembelajaran yang tercipta juga berlangsung dengan efektif. Hasil pembelajaran pun tentu saja menjadi lebih baik dengan adanya minat dan bakat.

    ReplyDelete
  9. saya akan menjawab soal no 3 yaitu Apakah dalam penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa ? jelaskan!
    menurut saya jika dilihat dari kurikulum sendiri tidak tergambarkan mengenai pskilogi belajar tersebut. tetapi untuk mencerminkannya itu balik lagi ke tugas guru untuk menurunkan rumusan pembelajran berdasarkan kondisi belajra siswa dikelas. rumusan pembelajaran ini terkait dengan indikator pembelajran dan tujuan pembelajaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan pendapat tri bahwa memang didalam kurikulum 2013 tidak tergambar secara nyata bagaimana psikologi belaajr sisiwa, namun pada penerapannya real dilapangan bisa kita lihat bahwa dalam setiap materi dan beban belajar yang diberikan ke siswa itu merupakan hasil pertimbangan psikologis siswa

      Delete
  10. Saya akan menjawab permasalahan yang ketiga, menurut saya penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa karena secara psikologis dalam k13 ini Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah dalam pembelajaran dan dituntut untuk memiliki karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam setiap proses pemeblajaran yang dilakukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sependapat dengan kak melda yaitu "penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa karena secara psikologis dalam k13 ini Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah dalam pembelajaran dan dituntut untuk memiliki karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam setiap proses pemeblajaran yang dilakukan", ini merupakan tujuan kurikulum jika dilihat dri sisi psikologis anak, perkembngan anak.

      Delete
  11. dalam penyusunan kurikulum haruslah mempertimbangkan berbagai hal, terutama 4 komponen dasar kurikulum. dalam merumuskan tujuan terutama tujuan institusi haruslah sesuai dengan perkembangan psikologi anak pada tingkatan institusi itu, begitu juga dengan komponen lainnya.
    landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum salah satunya yang diterapkan di kurikulum 2013. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Penerapan kurikulum 2013 sekarang sudah mencerminkan psikologi belajar siswa dilihat dari proses belajar siswa yang lebih aktif dari kurikulum sebelumnya yaitu ktsp.

    ReplyDelete