1.1
Pengertian
Ranah Penilaian Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di
terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dan sebagainya.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
(1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5)characterization
by evalue or calue complex.
Receiving
atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving
atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau
meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif
jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan,
sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (=
menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut
sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam
lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai).
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu
ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.
Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut
telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing
adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku
disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur
atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif
jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional
yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization
by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki
nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik
menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan,
baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala
yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala
sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh
sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah
satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
1.2
Ciri-ciri
Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran
atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Ada
5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.
Sikap
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut
Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep,
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah
atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.
2.
Minat
Menurut
Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
Penilaian
minat dapat digunakan untuk:
·
mengetahui minat peserta didik sehingga
mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
·
mengetahui bakat dan minat peserta didik
yang sebenarnya,
·
pertimbangan penjurusan dan pelayanan
individual peserta didik,
·
menggambarkan keadaan langsung di
lapangan/kelas.
3.
Konsep Diri
Menurut
Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau
negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian
konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian
diri adalah sebagai berikut:
·
Pendidik mampu mengenal kelebihan dan
kekurangan peserta didik.
·
Peserta didik mampu merefleksikan
kompetensi yang sudah dicapai.
·
Pernyataan yang dibuat sesuai dengan
keinginan penanya.
·
Memberikan motivasi diri dalam hal
penilaian kegiatan peserta didik.
·
Peserta didik lebih aktif dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
4.
Nilai
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target
nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan
nilai yang diacu.
5.
Moral
Piaget
dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral.
Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal
terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak.
Moral
berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah
afektif lain yang penting adalah:
·
Kejujuran: peserta didik harus belajar
menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
·
Integritas: peserta didik harus
mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
·
Adil: peserta didik harus berpendapat
bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
·
Kebebasan: peserta didik harus yakin
bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara
maksimal kepada semua orang.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat
|
Contoh
kegiatan pembelajaran
|
Penerimaan
(Receiving)
|
Arti
: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult
menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh
kegiatan belajar :
-sering
mendengarkan musik
–
senang membaca puisi
–
senang mengerjakan soal matematik
–
ingin menonton sesuatu
–
senang menyanyikan lagu
|
Responsi
(Responding)
|
Arti
: menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena
setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh
kegiatan belajar :
- mentaati
aturan
- mengerjakan
tugas
-
mengungkapkan perasaan
- menanggapi
pendapat
-
meminta maaf atas kesalahan
-
mendamaikan orang yang bertengkar
- menunjukkan
empati
- menulis
puisi
- melakukan
renungan
- melakukan
introspeksi
|
Acuan
Nilai
(
Valuing)
|
Arti
: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan
: menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh
Kegiatan Belajar :
mengapresiasi
seni
menghargai
peran
menunjukkan
perhatian
menunjukkan
alasan
mengoleksi
kaset lagu, novel, atau barang antik
menunjukkan
simpati kepada korban pelanggaran HAM
menjelaskan
alasan senang membaca novel
|
Organisasi
|
Arti
: mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan
saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima
di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan
: konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh
kegiatan belajar :
rajin,
tepat waktu
berdisiplin
diri mandiri dalam bekerja secara independen
objektif
dalam memecahkan masalah
mempertahankan
pola hidup sehat
menilai
masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
menyarankan
pemecahan masalah HAM
menilai
kebiasaan konsumsi
mendiskusikan
cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman
|
1.3
Contoh
Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi
siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan
dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap
afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
·
Menerima (memperhatikan), meliputi
kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan
perhatian
·
Merespon, meliputi merespon
secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam
merespon, mematuhi peraturan
·
Menghargai, meliputi menerima suatu
nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
·
Mengorganisasi, meliputi
mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem
suatu nilai
·
Karakteristik suatu nilai, meliputi
falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah
laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
·
Skala yang sering digunakan dalam
instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan
Skala Beda Semantik.
Contoh
Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Saya
senang balajar sejarah
|
|||||||
Pelajaran
sejarah bermanfaat
|
|||||||
Pelajaran
sejarah membosankan
|
|||||||
Dst….
|
Contoh
Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah
Pelajaran
sejarah bermanfaat
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Pelajaran
sejarah sulit
|
||||
Tidak
semua harus belajar sejarah
|
||||
Sekolah
saya menyenangkan
|
Keterangan:
SS
: Sangat setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak setuju
STS
: Sangat tidak setuju
Contoh
Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat
Membaca
Nama
Pembelajar:_____________________________
No
|
Deskripsi
|
Ya/Tidak
|
1
|
Saya
lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
|
|
2
|
Banyak
yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca
|
|
3
|
Saya
lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
|
|
4
|
Dst…………..
|
Pengertian Ranah Penilaian
Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
1.4
Pengertian
Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar
kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan
materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada
pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah;
1.
peserta didik bertanya kepada guru
pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah
ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain;
2.
peseta didik mencari dan membaca
buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang
membahas tentang kedisiplinan
3.
peserta didik dapat memberikan
penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-adiknya
di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan
diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan
masyarakat;
4.
peserta didik menganjurkan kepada
teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah,
di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
5.
peserta didik dapat memberikan
contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum
pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag
dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah
ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain
6.
peserta didik dapat memberikan contoh
kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan
ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah,
pekarangan, saluran air, dan lain-lain.
7.
peserta didik dapat memberikan contoh
kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu
lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli
karcis, dan lain-lain.
8.
peserta didik mengamalkan dengan
konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah,
kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
1.5
Ciri-ciri
Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I.
Gerakan Refleks
|
Arti:
gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap
stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh
kegiatan belajar:
–
mengupas mangga dengan pisau
–
memotong dahan bunga
–
menampilkan ekspresi yang berbeda
–
meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
–
meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
|
II
Gerakan dasar (basic fundamental movements)
|
Arti:
gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik
gerakan ini terpola dan dapat ditebak
Contoh
kegiatan belajar:
Contoh
gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
Contoh
gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan,
berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
Contoh
gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan
krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
Keterampilan
gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
|
III.GerakanPersepsi
(Perceptualobilities)
|
Arti
: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh
kegiatan belajar:
¨
menangkap bola, mendrible bola
¨
melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga
keseimbangan
¨
memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨
membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨
melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨
menulis alfabet
¨
mengulangi pola gerak tarian
¨
memukul bola tenis, pingpong
¨
membedakan bunyi beragam alat musik
¨
membedakan suara berbagai binatang
¨
mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨
membedakan berbagai tekstur dengan meraba
|
IV.Gerakan
Kemampuan fisik (Psycal abilities)
|
Arti:
gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh
kegiatan belajar:
- menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh
- mengangkat
beban
- menarik-mendorong
- melakukan
push-up
- kegiatan
memperkuat lengan, kaki dan perut
- menari
- melakukan
senam
- melakukan
gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
|
V.
gerakan terampil (Skilledmovements)
|
Arti:
dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan
melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh
kegiatan belajar:
melakukan
gerakan terampil berbagai cabang olahraga
menari,
berdansa
membuat
kerajinan tangan
menggergaji
mengetik
bermain
piano
memanah
skating
melakukan
gerak akrobatik
melakukan
koprol yang sulit
|
VI.
Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive
communicatio)
|
Arti:
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
–
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang
efisien dan indah
–
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh
kegiatan belajar:
-
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
-
melakukan senam tingkat tinggi
-
bermain drama (acting)
-
keterampilan olahraga tingkat tinggi
|
1.6
Contoh
Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada
beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.
Penilaian
psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,
kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan
pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus
menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu
dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil
observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam
bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk
diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban
hasil observasi.
Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1.
Tes simulasi
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan
suatu alat yang sebenarnya.
2.
Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya
dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu
lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.
Tes
simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala
penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak
baik.
Dengan
kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar
ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya
kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan
dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun
tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang,
garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya
menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis
jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa
dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis
penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar
pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam
ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar
fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi
visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual
yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
·
Lembar observasi
Beri
Tanda (√)
Nama
Siswa
|
Mengerjakan
Tugas (On-Task)
|
Tidak
Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan
Guru
|
Damar
|
|||
Ayu
|
|||
Dst…..
|
Tabel
Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical
Rating Scale.
Nama
: …………………………………………….
Kelas
: …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah
skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4)
bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3)
bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2)
bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1)
bila dilakukan tapi tidak selesai
(
0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri
tegak menghadap penonton
|
||||
2.
|
Mengubah
ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
|
||||
3.
|
Berbicara
dengan kata-kata yang jelas
|
||||
4.
|
Tidak
mengulang-ulang pernyataan
|
||||
5.
|
Berbicara
cukup keras untuk didengar penonton
|
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP DAN
PENILAIAN OBSERVASI
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam pembelajaran:
Indikator sikap aktif dalam pembelajaran:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali
tidak ambil bagian dalam pembelajaran.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha
ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha
ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil
bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan
ajeg/konsisten
Indikator sikap bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak
berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha
untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha
untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan adanya
usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus menerus dan
ajeg/konsisten.
Indikator sikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak
bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha
untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha
untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada
usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.
Berdasarkan
uraian diatas, bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa ?
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian
afektif?
Menanggapi pertanyaan pertama tentang bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa, sebenarnya dari uraian dian serta contoh-contoh rubrik penilaian afektif dan psikomotorik di atas sudah menjawab pertanyaan ini. Contoh yang dian berikan sudah cukup bagus dan dapat digunakan sebagai rubrik penilaian, tinggal disesuaikan dengan materi pembelajarannya saja.
ReplyDeleteIntinya pada saat penusunan rubrik penilaian kita tidak terlepas dari indikator pembelajaran pada materi tersebut.
saya setuju dengan kak nelly bahwa pada saat penusunan rubrik penilaian kita tidak terlepas dari indikator pembelajaran pada materi tersebut. karena indikator disini merupakan perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Deletesaya sependapat dengan kk nelly dan esa bahwasannya pada saat penyusunan rubrik penilaian yang menjadi patokan adalah indikatornya
DeleteInstrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
ReplyDeletemenentukan spesifikasi instrumen
menulis instrumen
menentukan skala instrumen
menentukan pedoman penskoran
menelaah instrumen
merakit instrumen
melakukan ujicoba
menganalisis hasil ujicoba
memperbaiki instrumen
melaksanakan pengukuran
menafsirkan hasil pengukuran
Berdasarkan uraian diatas, bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa ?
ReplyDelete.
Saya setuju dengan pendapat teman-teman di atas dimana dalam menyusun rubrik penilaian kita harus memperhatikan KI, KD, dan indikator yang hendak di capai. Karena guna instrumen penilaian adalah untuk mengukur ketercapaian indikator. Berlaku juga untuk penilaian sikap dimana kita menurunkan indikator dari Kompetensi Dasar 2.1, dan disesuaikan lagi pada materi dan silabus serta keinginan guru sebaiknya penilaian autentik dirancang dengan instrumen apa saja dan mengukur kemampuan apa saja.
Berdasarkan uraian diatas, bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa ?
DeleteSaya sependapat dengan saudari rifany,
dalam menyusun rubrik penilaian kita harus memperhatikan KI, KD, dan indikator yang hendak di capai. Karena guna instrumen penilaian adalah untuk mengukur ketercapaian indikator.
saya juga setuju dgn pendapat teman" diatas dalam menyusun rubrik penilaian afektif dan psikomotor harus disesuaikan dengan KI, KD dan indikator yang ingin dicapai siswa. dan guru dapat menilai sikap dan psikomotor siswa ini dgn menambahkan kemampuan atau keterampilan lainnya yang sesuai dengan ki dan kd
ReplyDeletemenurut saya hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyususn dan mengembangkan instrumen adalah :
ReplyDeletetentukan dulu materinya, sesuaikan kisi-kisi intrumen dengan kompetensi inti karena penilaian afektif ada pada KI 2 dan turunkan IPK, kemudian perjelas tujuan pembelajaran dengan menggunakan instrumen tsb
menurut saya yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rubrik yakni rubri yang disusun harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
ReplyDeletea. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
f. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministrasikannya?
jika pertanyaan-pertanyaan in isudah mampu dijawab dengan adanya rubrik yang disusun maka rubrik tersebut seharusnya sudah reliabel dan layak digunakan dalam menilai siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Secara singkat rubrik terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
ReplyDeletedimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa.
definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi;
skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi.
standar untuk setiap kategori kinerja.
kita harus memperhatikan KI, KD, dan indikator yang hendak di capai dalam Membuat rubrik penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa ? hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian afektif?
ReplyDeletetelaah KI dan KD kemudian lihat karakteristik materi yang akan dipelajari kemudian perhatian sikap apa yang akan dinilai. dan yang perlu diperhatikan yaitu kaidah dalam penulisan penilaian, serta menentuan rentang skornya jika perlu divalidasi kontennya
sependapat dengan saudari tri, dalam penyusunan rubrik penilaian aspek afektif dan psikomotor kita telaah KI dan KD. kita lihat karakteristik materi dan yang paling penting adalah tujuannya.
Deletemenjawab permasalahan bagaimana cara kita menyusun rubrik penilaian sikap pada siswa ? hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian afektif?
ReplyDeletemenurut saya caranay yaitu menentukan spesifikasi indikator rubrik, menulis instrumen rubrik, menentukan skala instrumen rubrik, dan menentukan pedoman penskorannya. selanjutnya Dalam menyusun rubrik penilaian kita harus memperhatikan KI, KD, dan indikator yang hendak di capai. Karena guna instrumen penilaian adalah untuk mengukur ketercapaian indikator.
Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi. Ijin copy
ReplyDelete