Sunday, February 24, 2019

BLOG 4 Penilaian Keterampilan Proses Sains


Keterampilan Poses Sains (KPS)

Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:
1.      KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.
3.      KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:
1.         Mengamati
Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai.
2.         Mengelompokkan/Klasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
3.         Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.  Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4.         Meramalkan
Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel (Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.
5.         Mengajukan pertanyaan
Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.
6.         Merumusakan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.
7.         Merencanakan percobaan
Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
8.         Menggunakan alat dan bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.
9.         Menerapkan konsep
Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
10.     Berkomunikasi
Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains
1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
a. Karakteristik umum, yaitu:
·         Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar poko uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
·         Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
·         Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.
b. Karakteristik khusus, yaitu:
·         Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
·         Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
·         Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk
·         Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan
·         Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
·         Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan
·         Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubah
·         Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
·         Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.

2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).
3. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).
Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.      Pretes dan postes.  Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2.      Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.
3.      Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4.      Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains dengan baik.
5.      Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi  dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan.  Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2.      Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3.      Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4.      Membuat kisi-kisi instrumen.
5.      Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6.      Melakukan validasi instrumen.
7.      Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8.      Perbaikan butir-butir yang belum valid.
Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.
Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis
Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen  dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi , diperoleh data sebagai berikut:
Suhu (Derajat Celsius)
Waktu (Detik)
30
120 s
50
90 s
60
30 s
Pertanyaan:
Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
             ________________________________________________________
Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
              ________________________________________________________
Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan.  Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk mengukur keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk setiap pertanyaan.
Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes
Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara integrative.
Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial  terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:
Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium
Kriteria
Skor
4
(sangat baik)
3
(baik)
2
(cukup)
1
(kurang)
Tujuan percobaan
Mengidentifikasi tujuan dan cirri khusus
Mengidentifikasi tujuan
Mengidentifikasi sebagian tujuan
Salah mengidentifikasi tujuan
Alat dan Bahan
Melist semua alat dan bahan
Melist semua bahan
Melist beberapa bahan
Salah melist bahan
Hypotesis
Memprediksi dengan benar fakta dan membuat hipotesis
Memprediksi dengan benar fakta
Memprediksi dengan beberapa fakta
Menebak-nebak
Prosedur
Melist semua tahap dan detail-detail khusus
Melist semua tahap
Melist beberapa tahap
Salah melist tahap
Hasil
Data direkam, diorganisir, dan digrafiskan
Data direkam, diorganisir
Data direkam
Hasil salah atau tidak betul
Simpulan
Tampak memahami konsep dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.
Tampak memahami konsep yang telah dipelajari
Tampak memahami beberapa konsep
Tidak ada kesimpulan atau tampak miskonsepsi

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan target yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.
Waktu dan Subjek Penilaian
Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian terintegrasi dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga harus direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat dilakukan di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran sebagai penilaian proses (on going assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan sangat ditentukan oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu sendiri. Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan proses yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi atau rubrik penilaian.
Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat disesuaikan dengan tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian diri. Keterampilan proses sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa sebagai subyek penilaian.
Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam sebuah kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok untuk sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran tersendiri sehingga masing-masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam kelompok dan kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian teman sebaya dapat digunakan sebagai data pembanding yang dapat diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru. penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek positif dalam perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan dapat meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada perkembangan keterampilan proses sains siswa.
Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa dalam menilai dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung bagi siswa. Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah dicapainya, dan secara sportif memberikan pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian disiapkan dengan kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.





Berdasarkan uraian diatas, dalam keterampilan proses sains ini ada banyak pengembangan tahaptahap nya  ada yang 13 keterampilan 7 keterampilan 10 keterampilan 6 keterampilan. Nah yang ingin saya tanyakan perbedaan itu semua ada dimana dan apakah itu digunakan sesuai kebutuhan atau pencapaian proses pembelajaran atau bagaimana ?.
Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!



12 comments:

  1. Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!
    .
    Menurut saya KPS ini dirancang untuk menilai kemampuan masing-masing individu. Bila diperhatikan tabel rubrik penilaian KPS yang ada di atas maka penilaian itu ditujukan untuk menilai masing-masing individu. Namun dalam penerapannya saya mengatakan kalau KPS ini hanya bisa dilakukan pada materi kimia yang menggunakan percobaan dan menghasilkan proyek seperti Larutan asam basa, Koloid, Tabel Periodik Unsur bisa tapi jika ditugaskan proyek membuat Tabel Periodik Unsur. Namun tetap saja KPS ini tidak dipatokan untuk menilai kelompok misal karena ketika proses berlangsung baru kelompok berjalan, tidak seperti itu. Namun baru bisa digunakan ini ketika ada materi yang menghasilkan suatu proyek atau percobaan. Secara individu juga bisa dilakukan penilaian, praktikum juga bisa dilakukan sendiri namun pada dasarnya dalam melakukan kegiatan tsb sebaiknya dilakukan bersama-sama karena lebih menghemat bahan dan menimbang hal lainnya. Tapi patokannya tidak pada efektif individu atau kelompok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan fanny bahwa KPS ini dirancang untuk menilai kemampuan masing-masing individu. Bila diperhatikan tabel rubrik penilaian KPS yang ada di atas maka penilaian itu ditujukan untuk menilai masing-masing individu. Namun dalam penerapannya KPS ini hanya bisa dilakukan pada materi kimia yang menggunakan percobaan dan menghasilkan proyek seperti Larutan asam basa, Koloid, Tabel Periodik Unsur bisa tapi jika ditugaskan proyek membuat Tabel Periodik Unsur. Namun tetap saja KPS ini tidak dipatokan untuk menilai kelompok karena ketika proses berlangsung barulah penilaian kelompok berjalan.
      Namun baru bisa digunakan ini ketika ada materi yang menghasilkan suatu proyek atau percobaan. Secara individu juga bisa dilakukan penilaian, praktikum juga bisa dilakukan sendiri namun pada dasarnya dalam melakukan kegiatan tsb sebaiknya dilakukan bersama-sama karena lebih menghemat bahan dan menimbang hal lainnya.

      Delete
    2. Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!
      saya sependapat dengan Rifany dan kak nelly, yang mana penilaian kps ini dilakukan untuk menilai per individu, karna kita ingin melihat keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu.

      Delete
  2. Keterampilan proses IPA dlklasiflkasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu, American Association for the Advancement of Science (1970)mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar melipuli. observasi (pengamatan). clasifying (menggolongkan). communication (komunikasi). measuring (pengukuran),
    inferensi (menyimpulkan). prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable. interpretasi data. perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.
    nah, jika dalam suatu pembelajaran siswa belum bisa menggunakan alat dan bahan di labor, maka KPS yang diamati adalah KPS dasar. tetapi, jika siswa sudah terbiasa dengan pengajaran yang mendukung KPS maka KPS yang diamati adalah KPS terintegrasi.

    ReplyDelete
  3. Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!
    bisa kedua-duanya tergantung dari tujuan pembelajaran yg ingin dicapai. KPS tidak selalu observasi bisa dalam bentuk penilaian tertulis, hasil observasi tidak bs menafsirkan apa yang ingin dinilai. pandangan itu bisa mengecoh tp tulisan memberikan hasil yang mungkin itu yang baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan kak tri jika ditanya efektif atau tidaknya itu kembali lagi kepada saat setelah pengimplementasian barulah kita bsa mengetahui efektif atau tidak, namun menurut saya baik itu perkelompok atupun perindividu dalam penilaian keterampilan proses sains dua-dua nya baik tergantung lagi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

      Delete
  4. Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu.
    menurut saya penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perindividu. walaupun pembelajarannya berkelompok. guru juga dapat menilai siswa dengan catatan harian yang dimiliki guru.

    ReplyDelete
  5. saya akan mencoba menjawab pertanyaan dian, dalam keterampilan proses sains ini ada banyak pengembangan tahaptahap nya ada yang 13 keterampilan 7 keterampilan 10 keterampilan 6 keterampilan. Nah yang ingin saya tanyakan perbedaan itu semua ada dimana dan apakah itu digunakan sesuai kebutuhan atau pencapaian proses pembelajaran atau bagaimana ?.

    menurut saya perbedaan jumlah aspek dan indikator itu disesuaikan lagi dengan persepsi peneliti itu sendiri beserta teori pendukung lain (penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya). nah, peneliti/guru bebas menggunakan yang mana saja sesuai dengan tujuan penilaian, dicocokkan dengan materi dan karakteristik siswa (kemungkinan' kemunculan indikator dalam kegiatan belajar dengan karakteristik siswa di kelas guru yang berbeda dan unik masing'nya)
    jumlah 6,13 maupun 10 sebenarnya bukanlah patokan namun sebenarnya yang menjadi esensi dari tiap aspek dan indikator KPS yakni apakah jumlah itemnya dapat mengcover tahap/aspek utama dari KPS itu sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan kak rini untuk menjawab permalasahan ini menurut saya jumlah indikator 6,13 maupun 10 pada KPS bukanlah patokan bahwa semua intikator tersebut harus dicapai siswa, pembuatan penialian KPS tersebut harus lah di sesuai kan dengan karakteristik materi strategi yang digunakan guru dll, sehingga dapat disimpulkan pemilihan indikaotr pada KPS tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan yang guru butuhkan

      Delete
  6. saya akan menjawab pertanyaan dari dian :

    Menurut kalian apakah penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!

    Menurut pendapat saya baik itu perkelompok atau perindividu dalam penilaian keterampilan proses sains dua-dua nya baik digunakan tergantung dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. KPS tidak selalu hanya observasi namun bisa juga dalam bentuk penilaian tertulis, soal pretest, post-test, soal essay,tidak hanya dengan LO saja dan juga bisa dibantu dengan video selama pembelajaran berlangsung perlu digunakan saat melakukan penilaian KPS untuk menghindari beberapa indikator pada beberapa siswa yang belum tercapai.

    ReplyDelete
  7. Dalam keterampilan proses sains ini ada banyak pengembangan tahaptahap nya ada yang 13 keterampilan 7 keterampilan 10 keterampilan 6 keterampilan. Nah yang ingin saya tanyakan perbedaan itu semua ada dimana dan apakah itu digunakan sesuai kebutuhan atau pencapaian proses pembelajaran atau bagaimana ?.

    menjawab pertanyaan dian diatas. penilaian keterampiran proses sains digunakan terangantung tujuan yang ingin dicapai. apakah dalam proses praktimu ataupun pembelajaran dikelas. penggunaan jumlah nya tergantung banyaknya indikator yang ingin dicapai.

    ReplyDelete
  8. Berdasarkan uraian diatas, dalam keterampilan proses sains ini ada banyak pengembangan tahaptahap nya ada yang 13 keterampilan 7 keterampilan 10 keterampilan 6 keterampilan. Nah yang ingin saya tanyakan perbedaan itu semua ada dimana dan apakah itu digunakan sesuai kebutuhan atau pencapaian proses pembelajaran atau bagaimana ?.

    betul sekali perbedaan pendapat jumlah KPS adalah tergantung teori dan pendapat ahli mana yang ingin kita gunakan sesuai kebutuhan materi dan penilaian

    ReplyDelete