Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari
Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan
level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom.
A. Definisi
Keterampilan Berfikir
Keterampilan
berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke
dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir.
Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue)
dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat
suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan
berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses
kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai
berikut: (a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan
dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi
pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat
perumusan prediksi hasil akhir.
Terdapat
tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup
berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis
(critical thinking).
B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)
Higher
Orde Thinking Skill (HOTS) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan berpikir kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika
individu atau siswa dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya.
HOTS ini sesuai dengan Standar Isi Permen 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa
mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Saat
ini teori-teori yang berkembang tentang Higher Orde Thinking Skill lebih banyak
difokuskan tentang bagaimana keterampilan ini dipelajari dan dikembangkan.
Strategi pengajaran yang tepat serta lingkungan belajar yang dapat
memfasilitasi kemampuan berfikir siswa merupakan faktor yang penting untuk
tercapainya pendekatan ini. Seperti halnya ketekunan siswa, pemantauan diri,
dan berfikir terbuka serta sikap fleksibel.
Dalam
berfikir tingkat tinggi, diperlukan kemampuan bernalar. Dimana kemampuan
bernalar dan berfikir kritis ini saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Krulik dan Rudnick (1995: 2), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar
(basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan
berpikir kreatif (creative thinking). Dua tingkat berfikir terakhir
inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut sebagai
keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
matematika dan akan dibahas dalam tulisan ini.
Beberapa konsep utama yang sesuai
dengan pendekatan HOTS adalah mengikuti ketiga anggapan tentang berpikir dan
belajar. Yaitu:
a. Berpikir tidak bisa tidak dihubungkan
dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama lain
b. Berfikir atau tidak berpikir dapat
belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam kehidupan nyata, siswa akan
mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada pengalaman sekolahnya.
c. HOTS meliputi berbagai cara berpikir,
memproses, serta menerapkan pada situasi gabungan dan variabel kelipatan
setelahnya.
Tingkat
berpikir bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia nyata)
dengan variabel kelipatan penawaran ke tantangan berpikir memproses.
Keberhasilan berfikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan individu dalam
menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan dalam konteks situasi
berpikir.
Pengajaran
keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi. Pertama harus ada materi
atau pelajaran khusus tentang berfikir. Kedua, mengintegrasikan kegiatan
berfikir ke dalam setiap pembelajaran matematika. Dengan demikian,
keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan
menjadi bagian dari pelajaran matematika sehari-hari. Dengan pendekatan
ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa
menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu, guru
harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa menggunakan
keterampilan berfikir tingkat tingginya.
2. Karakteristik HOTS
Lower order thinking skills (LOTS)
|
Higher order thinking skills (HOTS)
|
Strategi kognitif
|
Berpikir kreatif
|
Pemahaman
|
Berpikir kritis
|
Klasifikasi konsep
|
Menyelesaikan masalah
|
Membedakan
|
Membuat keputusan
|
Menggunakan aturan rutin
|
Mengevaluasi
|
Analisis sederhana
|
Berpikir logis
|
|
Berpikir metakognitif
|
Berpikir reflektif
|
|
Sintesis
|
|
Analisis komplek
|
|
Analisis sistem
|
Perbedaan
HOT dan HOTS
HOT
|
HOTS
|
Analisis
|
Berpikir kritis
|
Evaluasi
|
Berpikir kreatif
|
Kreasi
|
Problem solving
|
|
Membuat keputusan
|
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:
menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical
thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick,
1999).
Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi
semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan,
mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk
kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan
dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam
sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata
lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah
kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting
untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi
hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan
kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan Glaser,
1980:1). Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan yang terpisah
yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh untuk berpikir kritis, yaitu:
menemukan analogi-analogi dan macam hubungan yang lain antara potongan-potongan
informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi yang dapat digunakan
untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta menemukan dan mengevaluasi
penyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan masalah. Meskipun semua
pendapat di atas berbeda, namun pada hakekatnya memiliki kesamaan pada aspek
mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.
Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan dalam
kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik.
Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut
menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan
gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis
merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini
merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai
dengan fakta yang diketahui”.
Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.
Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.
Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan
menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan
menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Bagaimana
melatih siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di
Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi
memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru
di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center)
belum student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang
bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah
wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah
cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi
siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji
kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar
atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang
sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan
di Indonesia.
Diperlukan
Higher Order Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk
menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi,
membandingkan, kontras atau membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat
tinggi.
Untuk
menjawab Higher Order Questions (rich questions) diperlukan penalaran
tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang
tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya
dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam
situasi baru.
Soal-soal
ulangan yang dibuat oleh guru perlu memperhatikan beberapa hal:
1.
Soal hendaknya menggunakan stimulus,
stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung
konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
2. Soal yang dikembangkan harus sesuai
dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar
kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
3.
Soal mengukur
keterampilan berpikir kritis
4.
Soal mengukur
keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya
cukup kondusif bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena
mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang
dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu
model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa
untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran
keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan berpikir tidak otomatis
dimiliki siswa
2. Keterampilan berpikir bukan merupakan
hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
3. Pada kenyataannya siswa jarang
melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya
latihan terbimbing
4.
Pembelajaran keterampilan berpikir
memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
dalam kimia
Berfikir
Kritis dalam kimia
adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek
situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan
membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok
data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis.
Berfikir
Kreatif kimia yang
sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini
adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya
menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.
Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya
menelorkan hasil akhir yang baru.
Pemecahan
masalah dalam kimia adalah
berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi
atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan
membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam
sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis.
Menyimpulkan
konsep dalam kimia yang
sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini
adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya
menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.
Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan
hasil akhir yang baru.
Menyusun
soal HOTS
A.
Soal
berpikir kritis
1.
Mengenal
masalah
2.
Mendefinisikan
masalah
3.
Menjelaskan
makna dengan melakukan observasi secara teliti
4.
Mencari
solusi alternatif dengan mind mapping
5.
Mencari
solusi dengan analisis penyebab dan dampak
6.
Berpikir
deduktif
7.
Berpikir
induktif
8.
Membedakan
argumen dan penjelasan
Teknik Penulisan Butir HOTS dalam
kimia
1. Perhatikan cakupan materi kimia yang
diharuskan untuk tiap jenjang SMP atau SMA (kurikulum kimia).
2. Perhatikan beberapa kompetensi yang
terkait dengan HOTS dan diturunkan menjadi indicator dan tujuan sesuai dengan
karakteristik HOTS kimia.
3. Menggunakan hukum dasar kimia
pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada kaitannya
dengan kimia.
4. Dianjurkan untuk menyediakan berbagai
macam data kimia (kualitatif, tabel, grafik, hasil dari percobaan yang
dilakukan, laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai stimulus untuk
menjawab soal-soal HOTS
5. Berbagai macam data kimia yang
disediakan seharusnya memberikan informasi kepada siswa merujuk kepada hokum
dasar kimia sehingga dapat diolah lebih lanjut
6. Menulis contoh soal HOTS tentang kimia
Permasalahan
1.
Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir
tigkat tinggi (higher order thinking
skill) dalam pembelajaran kimia ?
2.
Dalam HOTS ini ada komponen lagi yang harus di capai seperti berpikir
kritis kreatif problem solving pengambilan keputusan dan lain2. Apakah dalam
setiap pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bisa memiliki kemampuan seluruh
yg ada di dalam HOTS tadi atau disesuai kan dengan tujuan tiap materi dan
pencapaian pembelajaran yang artinya itu sudah mewakili bahwa siswa telah
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi?
Menanggapi pertanyaan pertama yaitu bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia, caranya adalah dengan merancang skenario pembelajaran dan teknik penilaian yang dapat menggali kemampuan berfikir kreatif dan penalaran siswa. Dan tentunya harus memperhatikan aspek berikut sesuai penjelasan di atas :
ReplyDeleteMenyusun soal HOTS
A. Soal berpikir kritis
1. Mengenal masalah
2. Mendefinisikan masalah
3. Menjelaskan makna dengan melakukan observasi secara teliti
4. Mencari solusi alternatif dengan mind mapping
5. Mencari solusi dengan analisis penyebab dan dampak
6. Berpikir deduktif
7. Berpikir induktif
8. Membedakan argumen dan penjelasan
Sependapat dengan kak nelly, selain itu juga pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
DeleteAdapun karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat;
2. Berbasis permasalahan kontekstual;
3. Menggunakan bentuk soal beragam.
melengkapi pendapat teman-teman diatas. saya menambahkan bahwa penilain HOTS, harus nya memacu siswa. kita tidak bisa memungkiri bahwa ada siswa yang tidak amampu berfikir hingga ke level itu jadi haruslah dipertimbangkan.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteuntuk menjawab permasalahan bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia, menurut saya penilaian HOTS dapat dilakuakn dengan pemberian soal-soal tes yang membutuhkan penalaran dan analsis dari siswa untuk menjawab soal-soal tersebut. Namun tidak hanya selalu menggunakan teknik penilaian test yang lebih menilai ke kognitif. penilaian harus lah dilakukan dalam 3 aspek kemampuan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
ReplyDeleteuntuk menilai HOTS pada ketiga aspek guru dapat melakukannya dengan melakukan penialian proyek dan menerapkan pembelajaran berbasis proyek dimana siswa diminta untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. permslahan dapat berupa seperti pencemaran lingkunag atau pengolahan limbah yang membutuhkan penyelesaian dan inovasi produk dari siswa. dari sini bukan hanyak kognitif siswa saja yang dapat dinilia melain kan psikomotor dan afektifnya juga akan dapat dinilai.
Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
ReplyDeleteMenurut saya dengan menggunakan tes, baik itu tertulis ataupun lisan. yang pasti dalam berbentu soal yang mampu memancing HOTS siswa saat menjawab soal tersebut. bisa saja soal pilihan ganda dengan wacana yang memicu siswa meganalisa sehingga muncul 1 jawaban. bisa juga dengan soal essay atau uraian yang jelas pertanyannya mampu membuat siswa menguraikan pengetahuan dan kreatifitasnya dalam menyimpulkan suatu permasalahan. yang pasti soalnya harus bersifat kontekstual dan tingkatan soal harus C4-C6 dengan meinimalkan ingatan atau pengetahuan C1-C3
Saya sependapat dengan kak melda mengenai cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia dapat menggunakan tes, tertulis maupun lisan yang dpat memancing keterampilan HOTS.
DeleteBagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ? menurut saya, guru bisa membuat instrumen penilaian berupa tes essay atau tes pilihan ganda beralasan, karena HOTS hanya bisa diperlihatkan ketika anak berargumen terhadap permasalahan yang diberikan
ReplyDeleteDalam HOTS ini ada komponen lagi yang harus di capai seperti berpikir kritis kreatif problem solving pengambilan keputusan dan lain2. Apakah dalam setiap pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bisa memiliki kemampuan seluruh yg ada di dalam HOTS tadi atau disesuai kan dengan tujuan tiap materi dan pencapaian pembelajaran yang artinya itu sudah mewakili bahwa siswa telah memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi?
ReplyDeleteMenurut saya keempat komponen itu merupakan satu kesatuan yang telah mutlak adanya dalam kemampuan berfikir tingkat tingggi (HOTS), jadi dalam penerapannya baik di materi manapun keempat komponen tersebut selalu diterapkan di dalam soal-soal HOTS. Tergantung lagi bagaimana sang guru dapat membuat soal HOTS yang dapat memunculkan aspek berpikir kritis, kreatif, problem solving dan pengambilan keputusan dalam jawaban yang diberikan siswa. Siswa tidak dituntut dapat menerapkan keempat kemampuan itu, namun disini ketika siswa menjawab soal maka guru dapat melihat apakah komponen tadi telah hadir dalam jawabannya atau hanya salah satunya saja. Sehingga dari situ dapat dinilai aspek HOTS apa saja yang siswa miliki.
sependapat dengan fanny bahwa untuk menyimpulkan siswa itu memiliki pola HOTS maka 4 komponen yang telah dian sebutkan haruslah muncul semuanya tanpa terkecuali, nah untuk memunculkan itu guru harus kreatif dalam membuat butir soal penilaiannya, bisa jadi dengan menggunakan soal essay terstruktur. pada dasarnya guru seharusnya memahami indikator dari 4aspek HOTS tadi sehingga dalam proses penyusunan soal guru tidak lagi kesulitan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakteritik siswa yang guru tsb ajarkan.
Deletesependapat juga dengan teman" diatas, dimana HOTS ini adalah gabungan/hubungan dari tiap kemampuan dalam menyelesaikan sebuah masalah. karena tidak terpenuhi salah satunya maka penilaian terhadap HOTS nya akan berkurang.
ReplyDeletesaya akan menjawab pertanyaan dari dian :
ReplyDeleteBagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
Menurut pendapat saya dengan merancang RPP dan teknik penilaian yang dapat menggali kemampuan berpikir siswa dan instrumen penilaian seperti tes berupa esaay karena membutuhkan penalaran dan analsis tingkat tinggi dari siswa untuk menjawab soal-soal tersebut
Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai ke.ampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
ReplyDeletemenurut saya awal nya guru membuat tujuan dari pembelajaran tsb untuk dapat mengukur tingkat tinggi siswa. dengan artian bahwa tujuan yang relevan dengan indikator instrumen penelitian.