Monday, February 18, 2019

BLOG 3 How To Assess Higher Order Thinking Skills In Your Chemistry Class


Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom.
 
A. Definisi Keterampilan Berfikir
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)
Higher Orde Thinking Skill (HOTS) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika individu atau siswa dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya. HOTS ini sesuai dengan Standar Isi Permen 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Saat ini teori-teori yang berkembang tentang Higher Orde Thinking Skill lebih banyak difokuskan tentang bagaimana keterampilan ini dipelajari dan dikembangkan. Strategi pengajaran yang tepat serta lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi kemampuan berfikir siswa merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pendekatan ini. Seperti halnya ketekunan siswa, pemantauan diri, dan berfikir terbuka serta sikap fleksibel.
Dalam berfikir tingkat tinggi, diperlukan kemampuan bernalar. Dimana kemampuan bernalar dan berfikir kritis ini saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Krulik dan Rudnick (1995: 2), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis  dan berfikir kreatif)  yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika dan akan dibahas dalam tulisan ini.
            Beberapa konsep utama yang sesuai dengan pendekatan HOTS adalah mengikuti ketiga anggapan tentang berpikir dan belajar. Yaitu:
a.       Berpikir tidak bisa tidak dihubungkan dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama lain
b.      Berfikir atau tidak berpikir dapat belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam kehidupan nyata, siswa akan mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada pengalaman sekolahnya.
c.       HOTS meliputi berbagai cara berpikir, memproses, serta menerapkan pada situasi gabungan dan variabel kelipatan setelahnya.
Tingkat berpikir bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia nyata) dengan variabel kelipatan penawaran ke tantangan berpikir memproses. Keberhasilan berfikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan individu dalam menerapkan, merombak,  dan memperindah pengetahuan dalam konteks situasi berpikir.
Pengajaran keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi.  Pertama harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir.  Kedua, mengintegrasikan kegiatan berfikir ke dalam setiap pembelajaran matematika.  Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran matematika sehari-hari.  Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problem solver yang lebih baik.  Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya.
2.      Karakteristik HOTS
Lower order thinking skills (LOTS)
Higher order thinking skills (HOTS)
Strategi kognitif
Berpikir kreatif
Pemahaman
Berpikir kritis
Klasifikasi konsep
Menyelesaikan masalah
Membedakan
Membuat keputusan
Menggunakan aturan rutin
Mengevaluasi
Analisis sederhana
Berpikir logis

Berpikir metakognitif
Berpikir reflektif
Sintesis
Analisis komplek
Analisis sistem

Perbedaan HOT dan HOTS
HOT
HOTS
Analisis
Berpikir kritis
Evaluasi
Berpikir kreatif
Kreasi
Problem solving

Membuat keputusan

            Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:  menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).
            Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
            Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan Glaser, 1980:1). Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
            Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan yang terpisah yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh untuk berpikir kritis, yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan yang lain antara potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi yang dapat digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta menemukan dan mengevaluasi penyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan masalah. Meskipun semua pendapat di atas berbeda, namun pada hakekatnya memiliki kesamaan pada aspek mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.
            Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan dalam kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui”.
            Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Bagaimana melatih siswa  memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Order Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan,  menunjukkan jawaban tingkat tinggi.
Untuk menjawab Higher Order Questions (rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu memperhatikan beberapa hal:
1.   Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
2.  Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
3.    Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
4.    Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
2. Keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
3. Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
4.  Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).


Keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kimia
Berfikir Kritis dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi.  Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.  Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. 
Berfikir Kreatif kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Pemecahan masalah dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi.  Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.  Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. 
Menyimpulkan konsep dalam kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Menyusun soal HOTS
A.                Soal berpikir kritis
1.                  Mengenal masalah
2.                  Mendefinisikan masalah
3.                  Menjelaskan makna dengan melakukan observasi secara teliti
4.                  Mencari solusi alternatif dengan mind mapping
5.                  Mencari solusi dengan analisis penyebab dan dampak
6.                  Berpikir deduktif
7.                  Berpikir induktif
8.                  Membedakan argumen dan penjelasan
Teknik Penulisan Butir HOTS dalam kimia
1.    Perhatikan cakupan materi kimia yang diharuskan untuk tiap jenjang SMP atau SMA (kurikulum kimia).
2.    Perhatikan beberapa kompetensi yang terkait dengan HOTS dan diturunkan menjadi indicator dan tujuan sesuai dengan karakteristik HOTS kimia.
3.    Menggunakan hukum dasar kimia pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan kimia.
4.    Dianjurkan untuk menyediakan berbagai macam data kimia (kualitatif, tabel, grafik, hasil dari percobaan yang dilakukan, laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai stimulus untuk menjawab soal-soal HOTS
5.    Berbagai macam data kimia yang disediakan seharusnya memberikan informasi kepada siswa merujuk kepada hokum dasar kimia sehingga dapat diolah lebih lanjut
6.    Menulis contoh soal HOTS tentang kimia

Permasalahan
1.      Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
2.      Dalam HOTS ini ada komponen lagi yang harus di capai seperti berpikir kritis kreatif problem solving pengambilan keputusan dan lain2. Apakah dalam setiap pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bisa memiliki kemampuan seluruh yg ada di dalam HOTS tadi atau disesuai kan dengan tujuan tiap materi dan pencapaian pembelajaran yang artinya itu sudah mewakili bahwa siswa telah memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi?





13 comments:

  1. Menanggapi pertanyaan pertama yaitu bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia, caranya adalah dengan merancang skenario pembelajaran dan teknik penilaian yang dapat menggali kemampuan berfikir kreatif dan penalaran siswa. Dan tentunya harus memperhatikan aspek berikut sesuai penjelasan di atas :
    Menyusun soal HOTS
    A. Soal berpikir kritis
    1. Mengenal masalah
    2. Mendefinisikan masalah
    3. Menjelaskan makna dengan melakukan observasi secara teliti
    4. Mencari solusi alternatif dengan mind mapping
    5. Mencari solusi dengan analisis penyebab dan dampak
    6. Berpikir deduktif
    7. Berpikir induktif
    8. Membedakan argumen dan penjelasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sependapat dengan kak nelly, selain itu juga pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
      Adapun karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
      1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat;
      2. Berbasis permasalahan kontekstual;
      3. Menggunakan bentuk soal beragam.

      Delete
    2. melengkapi pendapat teman-teman diatas. saya menambahkan bahwa penilain HOTS, harus nya memacu siswa. kita tidak bisa memungkiri bahwa ada siswa yang tidak amampu berfikir hingga ke level itu jadi haruslah dipertimbangkan.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. untuk menjawab permasalahan bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia, menurut saya penilaian HOTS dapat dilakuakn dengan pemberian soal-soal tes yang membutuhkan penalaran dan analsis dari siswa untuk menjawab soal-soal tersebut. Namun tidak hanya selalu menggunakan teknik penilaian test yang lebih menilai ke kognitif. penilaian harus lah dilakukan dalam 3 aspek kemampuan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
    untuk menilai HOTS pada ketiga aspek guru dapat melakukannya dengan melakukan penialian proyek dan menerapkan pembelajaran berbasis proyek dimana siswa diminta untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. permslahan dapat berupa seperti pencemaran lingkunag atau pengolahan limbah yang membutuhkan penyelesaian dan inovasi produk dari siswa. dari sini bukan hanyak kognitif siswa saja yang dapat dinilia melain kan psikomotor dan afektifnya juga akan dapat dinilai.

    ReplyDelete
  4. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    Menurut saya dengan menggunakan tes, baik itu tertulis ataupun lisan. yang pasti dalam berbentu soal yang mampu memancing HOTS siswa saat menjawab soal tersebut. bisa saja soal pilihan ganda dengan wacana yang memicu siswa meganalisa sehingga muncul 1 jawaban. bisa juga dengan soal essay atau uraian yang jelas pertanyannya mampu membuat siswa menguraikan pengetahuan dan kreatifitasnya dalam menyimpulkan suatu permasalahan. yang pasti soalnya harus bersifat kontekstual dan tingkatan soal harus C4-C6 dengan meinimalkan ingatan atau pengetahuan C1-C3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sependapat dengan kak melda mengenai cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia dapat menggunakan tes, tertulis maupun lisan yang dpat memancing keterampilan HOTS.

      Delete
  5. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ? menurut saya, guru bisa membuat instrumen penilaian berupa tes essay atau tes pilihan ganda beralasan, karena HOTS hanya bisa diperlihatkan ketika anak berargumen terhadap permasalahan yang diberikan

    ReplyDelete
  6. Dalam HOTS ini ada komponen lagi yang harus di capai seperti berpikir kritis kreatif problem solving pengambilan keputusan dan lain2. Apakah dalam setiap pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bisa memiliki kemampuan seluruh yg ada di dalam HOTS tadi atau disesuai kan dengan tujuan tiap materi dan pencapaian pembelajaran yang artinya itu sudah mewakili bahwa siswa telah memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi?

    Menurut saya keempat komponen itu merupakan satu kesatuan yang telah mutlak adanya dalam kemampuan berfikir tingkat tingggi (HOTS), jadi dalam penerapannya baik di materi manapun keempat komponen tersebut selalu diterapkan di dalam soal-soal HOTS. Tergantung lagi bagaimana sang guru dapat membuat soal HOTS yang dapat memunculkan aspek berpikir kritis, kreatif, problem solving dan pengambilan keputusan dalam jawaban yang diberikan siswa. Siswa tidak dituntut dapat menerapkan keempat kemampuan itu, namun disini ketika siswa menjawab soal maka guru dapat melihat apakah komponen tadi telah hadir dalam jawabannya atau hanya salah satunya saja. Sehingga dari situ dapat dinilai aspek HOTS apa saja yang siswa miliki.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan fanny bahwa untuk menyimpulkan siswa itu memiliki pola HOTS maka 4 komponen yang telah dian sebutkan haruslah muncul semuanya tanpa terkecuali, nah untuk memunculkan itu guru harus kreatif dalam membuat butir soal penilaiannya, bisa jadi dengan menggunakan soal essay terstruktur. pada dasarnya guru seharusnya memahami indikator dari 4aspek HOTS tadi sehingga dalam proses penyusunan soal guru tidak lagi kesulitan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakteritik siswa yang guru tsb ajarkan.

      Delete
  7. sependapat juga dengan teman" diatas, dimana HOTS ini adalah gabungan/hubungan dari tiap kemampuan dalam menyelesaikan sebuah masalah. karena tidak terpenuhi salah satunya maka penilaian terhadap HOTS nya akan berkurang.

    ReplyDelete
  8. saya akan menjawab pertanyaan dari dian :

    Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai keterampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?

    Menurut pendapat saya dengan merancang RPP dan teknik penilaian yang dapat menggali kemampuan berpikir siswa dan instrumen penilaian seperti tes berupa esaay karena membutuhkan penalaran dan analsis tingkat tinggi dari siswa untuk menjawab soal-soal tersebut

    ReplyDelete
  9. Bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru menilai ke.ampilan berfikir tigkat tinggi (higher order thinking skill) dalam pembelajaran kimia ?
    menurut saya awal nya guru membuat tujuan dari pembelajaran tsb untuk dapat mengukur tingkat tinggi siswa. dengan artian bahwa tujuan yang relevan dengan indikator instrumen penelitian.

    ReplyDelete