Presentasi Inovasi Sintaks Model
Pembelajaran PBL dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Ada beberapa model
pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam kurikukulum 2013, diantaranya
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning), dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning).
Sebagai seorang guru,
kita harus mampumendesain dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
tema dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Model
pembelajaran yang kita pilih hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
peserta didik, sumber belajar, serta daya dukung yang dimiliki oleh guru atau
sekolah.
Dalam pembelajaran
Model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar,
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, dan
memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untukmemecahkan masalah
kehidupannya.
Sehubungan dengan pemilihan
model pembelajaran, penulis mencoba berbagi informasi tentang ‘ Model
pembelajaran Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013’.
Problem Based Learning (PBL) adalah
metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995).
Problem Based Learning
(PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran penemuan. Pada
pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin
ilmu dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam
ruang lingkup kelas, sedangkan Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan
masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana siswa mempunyai kesempatan dalam
memlilih dan melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah
sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning
(PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih
menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari
bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga
sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.
Ciri-ciri
Problem Based Learning (PBL)
Menurut Arends berbagai pengembangan
pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah memberikan model pengajaran itu
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika,
ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
3.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
4.
Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk
tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Dalam
pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.
5.
Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah
dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Menurut Rusman (2010:232), karakteristik
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
1.
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada
di dunia nyata yang tidak terstruktur.
3.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
4.
Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar.
5.
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam problem based learning.
7.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan
kooperatif.
8.
Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
9.
Sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar.
10. Problem
based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki tahapan sebagai berikut:
1.
Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran dan aktivitas aktivitas yang akan dilakukan. Dalam
penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan
rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam
proses ini, yaitu sebagai berikut.
1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk
mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang
mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang
diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit
atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan, siswa
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan,
siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh
kebebasan.
2.
Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Disamping mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama
dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
3.
Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul
memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta
didikmengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri.
4.
Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan
Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar
laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi
masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah
selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
5.
Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini dimaksudkan untuk membantu
siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama
proses kegiatan belajarnya.
Tujuan
Model Pembelajaran PBL
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL
adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis
untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL):
1.
Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah.
Proses-proses berpikir tentang ide-ide
abstrak berbeda dari proses-proses yang digunakan untuk berpikir tentang
situasi-situasi dunia nyata. Resnick menekankan pentingnya konteks dan
keterkaitan pada saat berpikir tentang berpikir yaitu meskipun proses berpikir
memiliki beberapa kasamaan antara situasi, proses itu bervariasi tergantung
dengan apa yang dipikirkan seseorang dalam memecahkan masalah.
2.
Belajar peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga
dimaksudkan untuk membantu siswa berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan
nyata dan belajar peran-peran penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.
Resnick mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani
kerjasama dalam menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang
mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat memahami peran
di luar sekolah.
3.
Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus
membimbing siswa dengan cara mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan memberi penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang
mereka ajukan, dengan mendorong siswa mencari solusi/penyelesaian terhadap
masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa sendiri, maka diharapkan siswa dapat
belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi itu secara mandiri dalam
hidupnya kelak.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL
Setiap model pembelajaran biasanya
memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini merupakan keunggulan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu sebagai berikut
(Sanjaya, 2006:220):
1.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
dilakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6.
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada
siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku saja.
7.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
8.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa
untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar,
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Adapun kelemahan-kelemanan dari
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), adalah sebagai
berikut (Sanjaya, 2006:221):
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa
berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan
merasa enggan untuk mencoba.
2.
Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan
masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin
dipelajari.
Apa
itu berpikir kritis?
|
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan seseorang dalam menganalisis ide atau gagasan secara logis, reflektif, sistematis dan produktif untuk membantu membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau akan dilakukan sehingga berhasil dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Berpikir kritis
termasuk proses berpikir tingkat tinggi, karena pada saat mengambil keputusan
atau menarik kesimpulan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable,
reflective, responsible, dan skillful thinking. Tidak semua orang bisa berpikir
kritis karena dibutuhkan keyakinan yang kuat dan mendasar agar tidak mudah
dipengaruhi. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis
suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Karakteristik
Berpikir Kritis
Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam
Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai
berikut:
1.
Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara
kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi,
menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara
mental.
2.
Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu
problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk
memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang
person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
3.
Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif
mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami
suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka
bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi
tersebut.
4.
Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara
kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada
semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini
juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika
berpikir.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya,
2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis,
yaitu:
1.
Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai
keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya),
sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan
lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
2.
Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus
mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus
menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen
dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang
kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten,
dan pertimbangan yang matang.
3.
Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau
proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat
diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi
kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
4.
Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu
kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya
akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5.
Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah
cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
6.
Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying
criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
Indikator
Berpikir Kritis
Menurut Ennis (dalam Maftukhin,
2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu
sebagai berikut:
1.
Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification).
Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi
atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang.
2.
Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for
The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1)
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
3.
Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri
dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2)
membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan
mempertimbangkan nilai keputusan.
4.
Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification).
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mengidentifikasikan istilah
dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu pada asumsi yang tidak
dinyatakan.
5.
Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration).
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan dan memikirkan
secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak
disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat
ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2)
menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat
dan mempertahankan sebuah keputusan.
Sedangkan menurut Fisher (dalam
Rahmawati, 2011:8), indikator kemampuan berpikir kritis antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan,
terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
2.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
3.
Memperjelas dan menginterpretasikan
pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
4.
Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan
klaim-klaim.
5.
Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
6.
Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.
7.
Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat
keputusan-keputusan.
8.
Menyimpulkan.
9.
Menghasilkan argumen-argumen.
Ciri-ciri
Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Edward Glaser bahwa
keterampilan dalam pemikiran kritis mencakup beberapa kemampuan yang harus ada,
ciri-cirinya yaitu:
1.
Mengenal masalah.
2.
Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani
masalah-masalah itu.
3.
Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.
4.
Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak
dinyatakan.
5.
Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan
khas.
6.
Menganalisa data.
7.
Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.
8.
Mengenal adanya hubungan yang logis antara
masalah-masalah.
9.
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan
kesamaan-kesamaan yang diperlukan.
10. Menguji
kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang seseorang ambil.
11. Menyusun
kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas.
12. Membuat
penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam
kehidupan sehari-hari.
Inovasi untuk Model pembelajaran
pendekatan CTL yang saya buat
Saya membuat inovasi ini berdasarkan dari kekurangan yang ada dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model
Problem Based Learning oleh skripsi Muhammad Quzwen berjudul “Analisis Keterlaksanaan Model Problem
Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada materi Laju Reaksi
di kelas XI MIA SMAN 10 Kota Jambi”. Dalam skripsi ini menggunakan model PBL
dengan sintak-sintak pada umumnya yaitu Mengorientasikan
Siswa pada Masalah, Mengorganisasikan
Siswa untuk Belajar, Membantu
Penyelidikan Mandiri dan Kelompok,
Mengembangkan
dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya, dan Analisis dan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah. Namun
pada penerapan dalam skripsi ini masih banyak terlibatnya peran guru dalam
belajar. Saya ingin membuat inovasi dimana proses pembelajaran yang aktif dan
mandiri. Berikut inovasi model PBL yang saya buat:
No
|
Model Konvensional
(Model PBL)
|
No
|
Inovasi Model PBL
|
Kemampuan Berpikir Kritis
|
1.
|
Fase 1
Orientasi Masalah
|
1.
|
Fase 1
Orientasi masalah
|
|
|
1.Menginformasikan
tujuan
|
|
1.
menyampaikan tujuan pembelajaran
|
|
|
2.Menciptakan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka
|
|
2.menggali
pengetahuan awal siswa tentang materi laju reaksi yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari
|
|
|
3.Mengarahkan
kepada pertanyaan atau masalah
|
|
3. guru
memberi suatu fenomena alam yang kaitannya dengan laju reaksi
|
|
|
4. mengarahkan
siswa untuk bertanya mengapa fenomena itu bisa terjadi
|
Klarifikasi
Dasar (Elementary Clarification).
1. Mengidentifikasi
unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpulan.
2. Mengidentifikasi
dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
|
||
2.
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
2.
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
|
|
1.
Membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan
masalah
|
|
1. siswa
membentuk kelompok secara heterogen
|
|
|
2.
Mendorong keterbukaan dan cara belajar siswa aktif
|
|
2. guru
menampilkan video pembelajaran tentang laju reaksi
|
|
|
|
|
3. siswa
mempersiapkan peralatan pembelajaran seperti LKPD
|
|
|
4. mendorong
siswa untuk keterbukaan dan cara belajar siswa aktif
|
|
||
3.
|
Fase 3
Membantu menyelidiki secara mandiri
atau kelompok
|
3.
|
Fase 3
Inquiri (menemukan)
|
|
|
1.
Mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas
|
|
1. siswa
merumuskan masalah terkait fenomena atau permasalahan yang ada didalam LKPD
dengan bimbingan oleh guru
|
Klarifikasi
Dasar (Elementary Clarification).
1. Mengidentifikasi
unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
2. Mengidentifikasi
dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
|
|
2.
Membantu siswa dalam memberikan solusi
|
|
2. guru
mendorong siswa untuk mengajukan hipotesis atas permasalahan yang telah
dibuat oleh mereka
|
1. Memperjelas
dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
2. Mengadili
penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
|
|
|
|
3. guru
membimbing siswa untuk belajar yaitu dengan melakukan percobaan atau
pembuktian atas hipotesis yang telah dibuat pada materi laju reaksi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
|
1. Menganalisis,
mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.
|
|
4. siswa
mengumpulkan data-data yang diperoleh dan menganalisis atas temuan hasil
kerja mereka apakah hipotesis yang mereka buat benar atau tidak yang
dibimbing oleh guru
|
1. Menemukan
cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.
2. Mengumpulkan
dan menyusun informasi yang diperlukan.
3. mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi.
|
||
|
5. guru
mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan atas temuan hasil kerja mereka dan
mengakitkan dengan teori-teori yang ada dan dicari dari berbagai sumber
misalnya buku, literature, ataupun internet. Siswa diberi kebebasan untuk
mencari informasi yang dapat mendukung hasil temuan siswa.
|
Menyimpulkan
(Inference).
1. membuat
deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,
membuat
induksi dan mempertimbangkan hasil induksi,
2. membuat dan
mempertimbangkan nilai keputusan.
mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber
|
||
4.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
kerja
|
4.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
|
|
|
1.
Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja
|
|
1. guru
memberi waktu untuk siswa berdikusi tentang hasil temuan mereka.
|
Memberikan
Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision).
1. mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber dan
mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi.
|
|
|
|
2. guru
mengarahkan siswa untuk menyajikan atau melaporkan hasil kerja nya dalam
kelompok
|
|
|
3. guru
membimbing siswa untuk bertanya jawab antar kelompok. Dan kelompok yang
tampil wajib menjawab pertanyaan yang akan ada dri kelompok lain.
|
Klarifikasi
Dasar (Elementary Clarification).
1. bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang.
|
||
5.
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi hasil
pemecahan masalah
|
5.
|
Fase 5
Menganlisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
|
|
|
1.
Mengevaluasi materi
|
|
1. guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah dalam kelas yaitu
materi laju reaksi
|
Dugaan
dan Keterpaduan (Supposition and Integration).
1. mempertimbangkan
dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang
tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa
membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka,
2. menggabungkan
kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan
mempertahankan sebuah keputusan.
|
|
2. guru membimbing siswa untuk
melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
|
Klarifikasi
Lebih Lanjut (Advanced Clarification).
1. mengidentifikasikan
istilah dan mempertimbangkan definisi
2. Menyimpulkan
dan Menghasilkan argumen-argumen.
|
1.
menurut pendapat kalian
apakah inovasi yang telah saya buat sudah efektif dan sudah lebih baik dari
sintaks PBL sebelumnya ?
2.
apakah inovasi sintaks PBL ini sudah cocok untuk memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswa?
2. apa saran dan pendapat kalian
terhadap inovasi yang sudah saya buat?
Saran saya, sebaiknya fenomena alam yang dijadikan permasalahan dapat dituliskan pada sintaks ini agar pembaca tau permasalahan dalam PBL nya akan mengarah kemana dan sebaiknya di akhir pembelajaran diberikan tugas Essay agar bisa terlihat kemampuan berfikir kritisnya.
ReplyDeletesaya setuju dengan fanny, jika perlu guru hanya mengarahkan dan anak yang menimbulkan permasalahan
DeleteSaya setuju dengan teman2 di atas dimana perlu di tambhakna evaluasi dengan memberikan soal essay dan juga membiarkan siswa untuk meyimpulkan sendiri hasil diskusi mereka dan guru fungsi nya meluruskan jika kesimpulan dari siswa tidak tepat atau miskonsepsi
Deletesaya sependapat dengan kakak kakak diatas bahwa pada masalah dituliskan bentuknyata permasalahan yang akan disampaikan.
Deletemenurut saya efektif atau tidaknya suatu inovasi sintaks model pembelajaran dapat dinilai setelah uji coba. dan saya setuju dengan rifany, alangkah bagusnya jika permasalah dapat ditulis secara langsung pada inovasi sintaks, agar inovasi model yang dikembangkan bisa digunakan dan dimengerti langsung oleh pengguna.
ReplyDeletesependapat dengan kak esa menurut saya juga akan lebih baik bila permasalah dapat ditulis secara langsung pada inovasi sintaks, agar inovasi model yang dikembangkan bisa digunakan dan dimengerti langsung oleh pengguna lain yang merasa inovsi sintak ini baik untuk di gunakan.
Deletemodifikasiyang dian buat sudah cukup baik, sedikit saran untuk dian sebaiknya siswa diberikan post test setelah kegiatna pembelajaran sehingga pemahaman siswa atas mater yang dipelajari dapat tertanam kuat untuk jangka waktu yang lama, selain itu karakter materi yang akan dian ajarkan dengan hasil modifikasi model ini sebaiknya terdeskripsi cukup jelas dalam sintkasnya.
ReplyDeletesaya sependapat dengan rini bahwa modifikasiyang dian buat sudah cukup baik, dan sedikit saran bahwa sebaiknya siswa diberikan post test setelah kegiatna pembelajaran sehingga pemahaman siswa atas mater yang dipelajari dapat tertanam kuat untuk jangka waktu yang lama.
Deletemenurut saya inovasi dian sudah bagus, namun saran saya pada bagian evaluasi bisa anda tambahkan tes akhir. karna dari tes akhir ini, bisa juga memunculkan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal
ReplyDeleteSaya sependapat dengan saidari Rina yaitu "inovasi dian sudah bagus, namun saran saya pada bagian evaluasi bisa anda tambahkan tes akhir. karna dari tes akhir ini, bisa juga memunculkan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal", soal yg diberikan berupa soal esai, sehingga ia memberikan sistematika penyelesaian masalah yg diberikan.
Deleteinovasi pada sintaks yang dibuat sudah cukup baik. namun perlu lebih dirincikan lagi pada setiap sintaks yang mampu meingkatkan kemampuan berfikir kritisnya.
ReplyDeleteMenurut saya inovasi yg dian buat sudah bagus dan jika dilihat berdasarkan rancangannya sudah cukup baik dan cocok pBl meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
ReplyDeleteMenurut pendapat saya inovasi sintaks model PBL yang telah dibuat oleh Dian sudah cukup baik namun saran saya perlu ditambahkan post tes pada tahap evaluasi dan perlu lebih rinci atau detail lagi pada setiap sintaksnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
ReplyDelete