Wednesday, December 5, 2018

Presentasi Inovasi Model PjBL dan dampaknya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa


Definisi Project Based Learning
Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000, hlm. 1). Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi (hlm. 8). Sedangkan George Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1).
Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri. Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya merupakan tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila menggunakan PjBL.
Siswa SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam menyelesaikan tugas proyek bahkan siswa SMA. Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014, hlm. 33).
Johnson & Lamb (2007) menyatakan bahwa : project based learning focuses on creating a product or an artifact by using problem-based and inquirybased learning depending on the depth of the driving question. Terdapat keterkaitan antara problem based learning (PBL) dan inquiry based learning (IBL) dalam PjBL. PBL berfokus pada solving real-world, dan pembelajaran inquiry berfokus pada problem-solving skills, sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam membangun konsep.
Persamaan antara PjBL dan PBL yang menurut George Lucas Educational Foundation (2014) dan Williams & Williams (dalam Mills & Treagust, 2003) dirangkum dan diilustrasikan sebagai berikut:
PjBL dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula perbedaan antara PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003, hlm. 8) mengungkapkan perbedaan PjBL dan PBL adalah:
1.      Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk selesai dibanding pelaksanaan PBL.
2.      PjBL menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa ditekankan untuk acquisition pengetahuan.
3.      PjBL biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran), sedangkan PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa disiplin ilmu.
4.      Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi pada PjBL jauh lebih penting dibanding pada PBL
5.      Self-direction pada PjBL pun lebih menonjol dibanding pada PBL.

Karakteristik PjBL
Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL. Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran sebagai bentuk PjBL. Lima kriteria suatu pembelajaran merupakan PjBL adalah sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan kontruktivisme, otonomi, dan realistis (Thomas, 2000; Kemdikbud, 2014) :
1.        The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini memiliki dua corollaries.
Pertama, proyek merupakan kurikulum. Pada PjBL, proyek merupakan inti strategi mengajar, siswa berkutat dan belajar konsep inti materi melalui proyek.
Kedua, keterpusatan yang berarti jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum, maka tidaklah dikategorikan sebagai PjBL.
2.        Proyek PjBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang mendorong siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari mata pelajaran.
Definisi proyek bagi siswa harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaanpertanyaan yang belum bisa dipastikan jawabannya (ill-defined problem). Proyek dalam PjBL dapat dirancang secara tematik, atau gabungan topik-topik dari dua atau lebih mata pelajaran.
Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah penyelidikan dapat berupa perancangan proses, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan, atau proses pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek harus melibatkan transformasi dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek PjBL yang dimaksud.
3.        Project are sudent-driven to some significant degree.
Inti proyek bukanlah berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk paket tugas. Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional.
4.        Proyek adalah realistis, tidak school-like.
Karakterisitik proyek memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

Pembelajaran PjBL
Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education Foundation dan Dopplet. Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014, hlm. 34) yaitu :
Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para siswa.
Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.  Jadwal yang telah disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Asesmen dalam PjBL
Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan (Kemdikbud, 2014, hlm. 35) yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Sumber-sumber data penilaian tersebut meliputi (Kemdikbud, 2014, hlm. 85):
1. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan diri siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang seharusnya siswa berhak dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik mereka bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa berkontribusi, bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide teman dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha, motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas.
2. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element penting pada penilaian PjBL: guru tidak akan selalu bersama semua siswa di setiap waktu dalam proses pengerjaan proyek, dan peer assessment akan memudahkan untuk menilai siswa secara individu dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpan balik.
3. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: - Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. - Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. - Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.


Kelebihan  PjBL (Project Based Learning)
Melalui penerapan PjBL, guru dituntut untuk mengembangkan diri agar berperan dengan baik sebagai fasilitator bagi siswa berasal dari berbagai latar belakang suku dan budaya. Siswa diberi kesempatan mengembangkan kemampuan seluas-luasnya, dan sekolah berupaya memenuhi kebutuhan para siswa. Pembelajaran  berbasis proyek memberi peluang menjangkau pelajaran yang lebih luas ke dalam kelas. Hal itu dapat dilakukan dengan  melibatkan anak-anak dari latar belakang budaya yang berbeda karena anak-anak dapat memilih topik-topik yang dihubungkan dengan pengalaman pengalaman mereka sendiri, dengan berbagai cara belajar sesuai dengan karakter individu atau  budaya (Mahanal, 2009).
NWRL (2002) dalam Mahanal (2009) mengidentifikasi beberapa kelebihan penerapan PjBL yang disarikan dari beberapa ahli seperti: Bank, 1997; Dickinson et al., 1998; Moursund, Bielefeldt, & Underwood ,1997; Bottom & Webb, 1998; Reyes, 1998; Bryson, 1994; Kadel, 1999; Thomas, 2000., adalah sebagai berikut.
1.      Menyiapkan siswa pada lapangan  pekerjaan. Siswa disiapkan melalui pengembangan ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan seluas-luasnya melalui   kerja sama/kolaborasi, perencanaan projek, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu (Blank, 1997; Dickinson et al., 1998).
2.      Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang PjBL mengungkap hasil testimoni guru dan siswa yang menggambarkan terjadinya peningkatan motivasi dari siswa yaitu  siswa sangat tekun dan  berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru  melaporkan terjadi peningkatan kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih bersemangat daripada komponen kurikulum yang lain. Para siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilannya  ketika mereka menyelesaikan tugas-tugas  proyek-proyek. Dengan proyek-proyek, para siswa menggunakan ketrampilan-ketrampilan pemikiran tinggi dan membentuk hubungan pengetahuan dan ketrampilannya di sekolah digunakan di dalam dunia nyata.
3.      Meningkatkan kolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif memberi kesempatan pada  siswa saling untuk  melontarkan gagasan, menyatakan pendapat-pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi, semua itu merupakan  ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
4.      Meningkatkan hubungan  sosial dan keahlian berkomunikasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek diperlukan siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
5.      Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi  menekankan keterlibatan siswa di dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek.
6.      Membuka peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin ilmu.
7.      Memberi kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di  masyarakat.
8.      Meningkatkan percaya diri. Para siswa  merasa bangga akan memenuhi sesuatu yang mempunyai nilai di luar kelas itu
9.      Memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara individu dengan berbagai pendekatan belajar. Menyediakan suatu pengalaman  yang praktis tentang  dunia nyata dan   belajar cara menggunakan  teknologi. Aktivitas pembelajaran berbasis proyek menyediakan kerangka kerja pada siswa untuk membuka kreatifitas mereka menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan/menggunakan komputer dan internet dalam menghasilkan produk akhir penelitiannya.
10.  Meningkatkan keterampilan mengelola sumberdaya. PjBL mendorong siswa menjadi pebelajar yang mandiri yaitu bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang komplek. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan mengelolan sumber daya lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan berbagai bentuk penelitian, PjBL lebih efektif untuk (Thomas, 2000, hlm. 8-18):
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
3. Peningkatan pemahaman siswa dalam materi pelajaran
4. Peningkatan dalam pemahaman yang berhubungan dengan keterampilan khusus dan strategi pengenalan pada proyek.
5. Adanya perubahan dalam kelompok pemecahan masalah, kebiasaan kerja dan proses PjBL lainnya.
Selain keunggulan/keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan PjBL juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014, hlm. 35):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3.Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5.Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan Walaupun demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan dalam kurikulum 2013.
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF  
Berpikir Lancar
1.      Mengajukan banyak pertanyaan.
2.      Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
3.      Bekerja lebih cepat dari teman lain
4.      Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.
5.      Dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.
Berpikir Luwes
1.      Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
2.      Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
3.      Memberikan pertimbangan atau mendiskusikan sesuatu selalu memiliki posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.
4.      Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
Berpikir Orisinal
1.      Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.
2.      Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.
3.      Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah.
4.      Setelah mendengar atau membaca gagasan, bekerja untuk mendapatkan penyelesaian yang baru.
Berpikir Elaboratif
1.      Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
2.      Mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain.
3.      Cenderung memberi jawaban yang luas dan memuaskan
4.      Mampu membangun keterkaitan antar konsep
Berpikir Evaluatif
1.      Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
2.      Menganalisis masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”
3.      Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
4.      Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
INOVASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PJBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
No
Model PJBL konvensional
No
Inovasi Model PJBL
Kemampuan Berpikir Kreatif
1.
Fase  1:
Menentukan Pertanyaan Mendasar
1.
Fase 1:
Merumuskan masalah

1. Guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran
1. guru mengkondisikan siswa agar siap dalam belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran

2. guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
2. guru menyampaikan fenomena yang sedang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan memberi pertanyaan mengapa ini itu bisa terjadi? Bagaimana proses itu terjadi?

3. guru memberikan stimulasi berupa penayangan video
3. siswa merumuskan masalah bersama guru tentang fenomena terkait materi pembelajaran yaitu faktor-faktor laju reaksi.
Berpikir Lancar.

Mengajukan banyak pertanyaan.

Berpikir Orisinal

Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.



4. guru memberikan soal atau masalah yang berhubungan dengan pembelajaran
2.
Fase 2:
Menyusun perencanaan proyek
2.
Fase 2:
Menyusun perencanaan proyek

1. guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya
1. guru mengarahkan siswa untuk duduk berkelompok dan menyiapkan LKPD
2. guru mengarahkan siswa untuk membuah sebuah proyek yang dapat menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan
2. guru mengarahkan siswa untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan faktor-faktor laju reaksi. Mengapa konsentrasi lebih tinggi menghasilkan laju reaksi yang lebih cepat. Dan mengapa pengaruh suhu ikut berpengaruh dan mengapa katalis bisa mempercepat laju reksi dan kaitkan dengan reaksi fotosintesis yang nantinya akan menjawab permasalahan yang sudah dibuat.
Berpikir Luwes

Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

3. guru membimbing siswa dalam membuah langkah kerja sebuah proyek yang akan dilaksanakan
3. guru membimbing siswa dalam menyelesaikan proyek dengan mengikuti langlah dan melihat alat dan bahan yang ada di dalam LKPD
Berpikir lancar

Bekerja lebih cepat dari teman lain

Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.

3.
Fase 3:
Menyusun Jadwal
3.
Fase 3:
Menyusun Jadwal

1. guru meminta siswa untuk membuat timeline untuk menyelsaikan sebuah proyek.

1. guru mengarahkan siswa membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek

2. guru meminta siswa membuat deadline menyelesaikan sebuah proyek.

2. guru meminta menentukan waktu akhir penyelesaian proyek,

3. guru meminta siswa untuk membuat penjelasan tentang pemilihan suatu cara penyelesaian sebuah proyek

3. guru membimbing membawa siswa agar merencanakan cara yang baru
Berpikir Orisinal

Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.

Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah.



4. meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.
Berpikir Evaluatif
Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

4.
Fase 4:
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
4.
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

1. guru melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam pelaksanaan sebuah proyek dan pengumpulan data
1. guru monitoring dan  membimbing siswa saat pelaksanaan membuat proyek dan mengumpulkan data
Berpikir Lancar
Bekerja lebih cepat dari teman lain

Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.


2. guru melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam menganalisis data
2. guru melalukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam menganalisis data
Berpikir Evaluatif

Menganalisis masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”

3. guru melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah proyek yang dilakukan

3. guru membimbing siswa dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah proyek yang dilakukan
Berpikir Elaboratif

Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

Mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain.

Cenderung memberi jawaban yang luas dan memuaskan

Mampu membangun keterkaitan antar konsep

5.
Fase 5:
Penilaian Hasil
5.
Fase 5:
Penilaian Hasil

1. guru meminta siswa untuk mempresentasikan proyek yang telah dipersiapkan
1. siswa mempresentasikan proyek yang sudah diselesaikannya

2. guru meminta siswa untuk membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada
2. siswa membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada
Berpikir Evaluatif

Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

3. guru menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan yang dieproleh
3. guru menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan yang dieproleh


4. guru memberikan kesimpulan akhir untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki siswa

4. guru memberikan test terakhir (posttest) kepada siswa
Berpikir Lancar

Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

Bekerja lebih cepat dari teman lain

6.
Fase 6:
Mengevaluasi Pengalaman
6.
Fase 6:
Refleksi


1. guru memberikan siswa refleksi hasil belajar dengan memberikan soal posttest
1. guru dan siswa mengevaluasi hasil belajar sejauh mana materi tersampaikan
Berpikir Elaboratif

Mampu membangun keterkaitan antar konsep

2. guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah berupa proyek pada pertemuan selanjutnya
2. siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

3. guru meminta siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan sebuah proyek
3. guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah berupa proyek pada pertemuan selanjutnya

1. menurut pendapat kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif ?
2. apa saran dan pendapat kalian terhadap inovasi yang sudah saya buat?



13 comments:

  1. Menurut pendapat kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif ?
    Menurut saya secara teori sudah cocok dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena ini telah saudari sesuaikan antara tahapan inovasi yg dibuat dengan indikator berpikir kreatif.

    ReplyDelete
  2. menurut pendapat kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif ?
    Menurut saya Jika dilihat dari inovasi yang dian buat menurut saya sudah bagus dan jika dikaitkan secara teori model pjbl dapat berpengaruh terhadap berpikir kreatif, terlihat dari definisi berpikir kreatif itu sendiri adalah kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah. sedangkan pada model pjbl itu sendiri siswa dituntut unutk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.

    ReplyDelete
  3. menurut saya, inovasi yang Anda buat sudah bagus. namun saran saya, pada tahap pertama merumuskan masalah Anda juga harus membuat hipotesis bersama siswa dari permasalahan yang akan diselesaikan siswa. sehingga nanti, proyek apapun yang dibuat siswa yg berkaitan dgn materi laju reaksi dapat disimpulkan secara tegas dari hipotesis yg telah di ajukan.

    ReplyDelete
  4. Menurut saya untuk model PJBL ini sudah cocokkah jika disandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif, karena pada inovasi terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan membimbing/patokan pengerjaan proyek, dan disini akan menimbulkan dampak berpikir kreatif siswa.
    Kemudian saran saya : buat 2 kali pertemuan untuk lebih efektifnya pembalajaran menggunakan model PJBL.

    ReplyDelete
  5. menurut saya sintaks modifikasi model pembelajaran PjBL yang dian lakukan sudah baik, dan cocok dengan kemampuan berpikir kreatif karena pada dasarknya PjBL menuntut ssiwa dapat melakukan suatu proyek yang menghasilkan karya uni, beda dari yang lain namun tetap relevan dan untuk melakukannya dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. namun dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang matang mengingat PjBL itu membutuhkan alokasi waktu yang panjang sedangkan alokasi waktu belajar disekolah terbatas dan materi yang harus dipelajari juga banyak, jadi guru sangatlah berperan penting dalam melihat efektif atau tidaknya hasil modifikasi yang dilakukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju dengan pendapat kk, biasanya PJBL ini dilakukan minimal 3 kali pertemuan, maka dari itu untuk menggulangi waktunya perlu LKPD untuk mengefisiensi waktu

      Delete
  6. Menurut saya sintaks PJBL dan berfikiri kreatif yang dian buat sudah bagus namun disni permasalahannya sebaiknya disebutkan dulu apa itu fenomena alam yang dimaksud agar pembaca dapat memahami dengan jelas.

    ReplyDelete
  7. Menurut saya inovasi sintaks model PjBL yang dibuat oleh Dian sudah cukup baik dan cocok dengan kemampuan berpikir kreatif karena model pjbl itu sendiri siswa dituntut unutk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.

    ReplyDelete
  8. menurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya. selain itu pada sintak juga terdapat langkah guru mengarahkan siswa untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan faktor-faktor laju reaksi, disini siswa akan terpancing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan fira bahawa inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya.

      Delete
  9. menurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya. saya menyarankan agar pada pelaksanaan proyeknya siswa divariasikan proyeknya.

    ReplyDelete
  10. menurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya serta dalam evaluasi sudah di berikan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa.

    ReplyDelete
  11. Menurut saya sampai saat ini masih cocok jika model PjBL dengan kemampuan berpikir kreatif jika disandingkan, karena memang dalam proses mengerjakan proyek dibutuhkan proses berpikir kreatif siswq bagaimana hasil yang akan dibentuk, waktu yangvdibutuhkan agar cukup dan kreasi2 apa yang bisa diterapkan agar dalam waktu singakat bisa segera selesai begitu misalnya

    ReplyDelete