Definisi Project Based Learning
Project
based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah
proyek (Thomas, 2000, hlm. 1). Menurut NYC Departement of Education (2009),
PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan
konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai
bentuk representasi (hlm. 8). Sedangkan George Lucas Educational Foundation
(2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara
aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1).
Berdasarkan
beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa PjBL adalah model
pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep
dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di
dunia nyata secara mandiri. Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan
tugas yang dihadapinya merupakan tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam
belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila
menggunakan PjBL.
Siswa
SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam menyelesaikan tugas proyek bahkan
siswa SMA. Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014, hlm. 33).
Johnson
& Lamb (2007) menyatakan bahwa : project based learning focuses on creating
a product or an artifact by using problem-based and inquirybased learning
depending on the depth of the driving question. Terdapat keterkaitan antara
problem based learning (PBL) dan inquiry based learning (IBL) dalam PjBL. PBL
berfokus pada solving real-world, dan pembelajaran inquiry berfokus pada
problem-solving skills, sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau
produk dalam membangun konsep.
Persamaan
antara PjBL dan PBL yang menurut George Lucas Educational Foundation (2014) dan
Williams & Williams (dalam Mills & Treagust, 2003) dirangkum dan
diilustrasikan sebagai berikut:
PjBL
dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai
fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula
perbedaan antara PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003,
hlm. 8) mengungkapkan perbedaan PjBL dan PBL adalah:
1. Proyek yang dikerjakan siswa relatif
membutuhkan waktu yang lama untuk selesai dibanding pelaksanaan PBL.
2.
PjBL
menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa ditekankan untuk
acquisition pengetahuan.
3.
PjBL
biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran), sedangkan PBL lebih
sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa disiplin ilmu.
4.
Manajemen
waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi pada PjBL jauh lebih
penting dibanding pada PBL
5.
Self-direction
pada PjBL pun lebih menonjol dibanding pada PBL.
Karakteristik PjBL
Kegiatan
belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL.
Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran
sebagai bentuk PjBL. Lima kriteria suatu pembelajaran merupakan PjBL adalah
sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan kontruktivisme, otonomi, dan
realistis (Thomas, 2000; Kemdikbud, 2014) :
1.
The
project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini memiliki
dua corollaries.
Pertama,
proyek merupakan kurikulum. Pada PjBL, proyek merupakan inti strategi mengajar,
siswa berkutat dan belajar konsep inti materi melalui proyek.
Kedua,
keterpusatan yang berarti jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum, maka
tidaklah dikategorikan sebagai PjBL.
2.
Proyek
PjBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang mendorong siswa mempelajari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari mata pelajaran.
Definisi
proyek bagi siswa harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara
aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya
dilakukan dengan pengajuan pertanyaanpertanyaan yang belum bisa dipastikan
jawabannya (ill-defined problem). Proyek dalam PjBL dapat dirancang secara
tematik, atau gabungan topik-topik dari dua atau lebih mata pelajaran.
Proyek
melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah penyelidikan dapat
berupa perancangan proses, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, penemuan, atau proses pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek
harus melibatkan transformasi dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau
keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak
merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan dengan
penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang
dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek PjBL yang
dimaksud.
3.
Project
are sudent-driven to some significant degree.
Inti
proyek bukanlah berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk
paket tugas. Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah
contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja yang
tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek tradisional dan
pembelajaran tradisional.
4.
Proyek
adalah realistis, tidak school-like.
Karakterisitik
proyek memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi
topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek
dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk atau
unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata,
berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.
Pembelajaran PjBL
Tahapan PjBL
dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education Foundation dan Dopplet.
Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014, hlm. 34) yaitu :
Fase 1
: Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah
untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan
seperti itu pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang,
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan
terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para siswa.
Fase
2: Menyusun perencanaan proyek (design project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi
tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin,
serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
Fase 3:
Menyusun jadwal (create schedule)
Guru
dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3)
membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui
bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan
proyek di luar kelas.
Fase
4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of
project)
Guru
bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek.
Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan
kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah
proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan
yang penting.
Fase
5: Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Fase
6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
Pada
akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Guru
dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)
untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Asesmen dalam PjBL
Penilaian
pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada
penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan (Kemdikbud,
2014, hlm. 35) yaitu:
1)
Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2)
Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3)
Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
Penilaian
proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan
dalam bentuk poster.
Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian. Sumber-sumber data penilaian tersebut meliputi (Kemdikbud,
2014, hlm. 85):
1.
Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan diri
siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang
seharusnya siswa berhak dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik
mereka bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa berkontribusi,
bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide teman dalam kelompoknya.
Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha, motivasi, ketertarikan
dan tingkat produktivitas.
2.
Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element penting pada
penilaian PjBL: guru tidak akan selalu bersama semua siswa di setiap waktu
dalam proses pengerjaan proyek, dan peer assessment akan memudahkan untuk
menilai siswa secara individu dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi kritis
terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpan balik.
3.
Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses
pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barangbarang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat
guna yang sederhana.
Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. -
Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. - Tahap penilaian
produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
Kelebihan PjBL (Project Based Learning)
Melalui
penerapan PjBL, guru dituntut untuk mengembangkan diri agar berperan dengan
baik sebagai fasilitator bagi siswa berasal dari berbagai latar belakang suku
dan budaya. Siswa diberi kesempatan mengembangkan kemampuan seluas-luasnya, dan
sekolah berupaya memenuhi kebutuhan para siswa. Pembelajaran berbasis
proyek memberi peluang menjangkau pelajaran yang lebih luas ke dalam kelas. Hal
itu dapat dilakukan dengan melibatkan anak-anak dari latar belakang
budaya yang berbeda karena anak-anak dapat memilih topik-topik yang dihubungkan
dengan pengalaman pengalaman mereka sendiri, dengan berbagai cara belajar
sesuai dengan karakter individu atau budaya (Mahanal, 2009).
NWRL (2002)
dalam Mahanal (2009) mengidentifikasi beberapa kelebihan penerapan PjBL yang
disarikan dari beberapa ahli seperti: Bank, 1997; Dickinson et al., 1998;
Moursund, Bielefeldt, & Underwood ,1997; Bottom & Webb, 1998; Reyes,
1998; Bryson, 1994; Kadel, 1999; Thomas, 2000., adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan siswa pada lapangan
pekerjaan. Siswa disiapkan melalui pengembangan ketrampilan-ketrampilan dan
kemampuan-kemampuan seluas-luasnya melalui kerja sama/kolaborasi,
perencanaan projek, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu (Blank, 1997;
Dickinson et al., 1998).
2.
Meningkatkan
motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang PjBL mengungkap hasil testimoni guru
dan siswa yang menggambarkan terjadinya peningkatan motivasi dari siswa
yaitu siswa sangat tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek.
Guru melaporkan terjadi peningkatan kehadiran dan berkurangnya keterlambatan.
Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih bersemangat daripada komponen
kurikulum yang lain. Para siswa mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan-ketrampilannya ketika mereka menyelesaikan tugas-tugas
proyek-proyek. Dengan proyek-proyek, para siswa menggunakan
ketrampilan-ketrampilan pemikiran tinggi dan membentuk hubungan pengetahuan dan
ketrampilannya di sekolah digunakan di dalam dunia nyata.
3.
Meningkatkan
kolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif memberi kesempatan
pada siswa saling untuk melontarkan gagasan, menyatakan
pendapat-pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi, semua
itu merupakan ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
4.
Meningkatkan
hubungan sosial dan keahlian berkomunikasi. Pentingnya kerja kelompok
dalam proyek diperlukan siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja
kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek
kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa
siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978;
Davidov, 1995).
5.
Meningkatkan
ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan
keterampilan kognitif tingkat tinggi menekankan keterlibatan siswa di
dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
komplek.
6.
Membuka
peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin ilmu.
7.
Memberi
kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di masyarakat.
8.
Meningkatkan
percaya diri. Para siswa merasa bangga akan memenuhi sesuatu yang
mempunyai nilai di luar kelas itu
9.
Memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara individu
dengan berbagai pendekatan belajar. Menyediakan suatu pengalaman yang
praktis tentang dunia nyata dan belajar cara
menggunakan teknologi. Aktivitas pembelajaran berbasis proyek menyediakan
kerangka kerja pada siswa untuk membuka kreatifitas mereka menggunakan teknologi
untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan/menggunakan komputer dan
internet dalam menghasilkan produk akhir penelitiannya.
10. Meningkatkan keterampilan mengelola
sumberdaya. PjBL mendorong siswa menjadi pebelajar yang mandiri yaitu
bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang komplek. Pembelajaran Berbais
Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan mengelolan sumber daya lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
Berdasarkan berbagai bentuk penelitian,
PjBL lebih efektif untuk (Thomas, 2000, hlm. 8-18):
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah
3. Peningkatan pemahaman siswa dalam
materi pelajaran
4. Peningkatan dalam pemahaman yang
berhubungan dengan keterampilan khusus dan strategi pengenalan pada proyek.
5. Adanya perubahan dalam kelompok
pemecahan masalah, kebiasaan kerja dan proses PjBL lainnya.
Selain
keunggulan/keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan PjBL
juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014, hlm. 35):
1.
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3.Banyak
instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
4.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5.Peserta didik
yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
6.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.Ketika
topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan Walaupun demikian,
pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan
dalam kurikulum 2013.
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Berpikir Lancar
1. Mengajukan banyak pertanyaan.
2.
Menjawab
dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
3.
Bekerja
lebih cepat dari teman lain
4.
Melakukan
lebih banyak dari pada teman yang lain.
5. Dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi.
Berpikir Luwes
1. Memberikan macam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
2.
Menerapkan
suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
3.
Memberikan
pertimbangan atau mendiskusikan sesuatu selalu memiliki posisi yang berbeda
atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.
4. Jika diberi suatu masalah biasanya
memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
Berpikir
Orisinal
1. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang
tak pernah terpikirkan orang lain.
2.
Mempertanyakan
cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.
3.
Memberikan
gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
bekerja untuk mendapatkan penyelesaian yang baru.
Berpikir
Elaboratif
1. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
2.
Mengembangkan/memperkaya
gagasan orang lain.
3.
Cenderung
memberi jawaban yang luas dan memuaskan
4. Mampu membangun keterkaitan antar konsep
Berpikir
Evaluatif
1. Memberi pertimbangan atas dasar sudut
pandang sendiri.
2.
Menganalisis
masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”
3.
Mempunyai
alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
4. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.
INOVASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (PJBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
No
|
Model PJBL konvensional
|
No
|
Inovasi Model PJBL
|
Kemampuan Berpikir Kreatif
|
1.
|
Fase 1:
Menentukan
Pertanyaan Mendasar
|
1.
|
Fase 1:
Merumuskan
masalah
|
|
1. Guru
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran
|
1. guru
mengkondisikan siswa agar siap dalam belajar dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
|
||
2. guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
|
2. guru
menyampaikan fenomena yang sedang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
memberi pertanyaan mengapa ini itu bisa terjadi? Bagaimana proses itu
terjadi?
|
|
||
3. guru
memberikan stimulasi berupa penayangan video
|
3.
siswa merumuskan masalah bersama guru tentang fenomena terkait materi
pembelajaran yaitu faktor-faktor laju reaksi.
|
Berpikir Lancar.
Mengajukan banyak pertanyaan.
Berpikir Orisinal
Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.
|
||
4. guru
memberikan soal atau masalah yang berhubungan dengan pembelajaran
|
||||
2.
|
Fase 2:
Menyusun
perencanaan proyek
|
2.
|
Fase 2:
Menyusun
perencanaan proyek
|
|
1. guru
meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya
|
1. guru
mengarahkan siswa untuk duduk berkelompok dan menyiapkan LKPD
|
|||
2. guru
mengarahkan siswa untuk membuah sebuah proyek yang dapat menyelesaikan
permasalahan yang dikemukakan
|
2. guru
mengarahkan siswa untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan faktor-faktor
laju reaksi. Mengapa konsentrasi lebih tinggi menghasilkan laju reaksi yang
lebih cepat. Dan mengapa pengaruh suhu ikut berpengaruh dan mengapa katalis
bisa mempercepat laju reksi dan kaitkan dengan reaksi fotosintesis yang
nantinya akan menjawab permasalahan yang sudah dibuat.
|
Berpikir Luwes
Memberikan macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
Menerapkan suatu konsep atau
asas dengan cara yang berbeda-beda.
|
||
3. guru
membimbing siswa dalam membuah langkah kerja sebuah proyek yang akan
dilaksanakan
|
3. guru
membimbing siswa dalam menyelesaikan proyek dengan mengikuti langlah dan
melihat alat dan bahan yang ada di dalam LKPD
|
Berpikir lancar
Bekerja lebih cepat dari teman
lain
Melakukan lebih banyak dari pada
teman yang lain.
|
||
3.
|
Fase 3:
Menyusun
Jadwal
|
3.
|
Fase 3:
Menyusun
Jadwal
|
|
1. guru
meminta siswa untuk membuat timeline untuk menyelsaikan sebuah proyek.
|
|
1. guru
mengarahkan siswa membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek
|
|
|
2. guru
meminta siswa membuat deadline menyelesaikan sebuah proyek.
|
|
2. guru meminta menentukan
waktu akhir penyelesaian proyek,
|
|
|
3. guru
meminta siswa untuk membuat penjelasan tentang pemilihan suatu cara
penyelesaian sebuah proyek
|
|
3. guru
membimbing membawa siswa agar merencanakan
cara yang baru
|
Berpikir Orisinal
Mempertanyakan cara-cara lama
dan berusaha memikirkan cara-cara baru.
Memberikan gagasan yang baru
dalam menyelesaikan masalah.
|
|
|
4. meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.
|
Berpikir Evaluatif
Mempunyai alasan (rasional)
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
|
||
4.
|
Fase 4:
Memonitor
peserta didik dan kemajuan proyek
|
4.
|
Memonitor
peserta didik dan kemajuan proyek
|
|
1. guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam pelaksanaan sebuah proyek dan pengumpulan data
|
1. guru
monitoring dan membimbing siswa saat
pelaksanaan membuat proyek dan mengumpulkan data
|
Berpikir Lancar
Bekerja lebih cepat dari teman
lain
Melakukan lebih banyak dari
pada teman yang lain.
|
||
|
2. guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam menganalisis data
|
2. guru
melalukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam menganalisis data
|
Berpikir Evaluatif
Menganalisis
masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”
|
|
3. guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah proyek yang
dilakukan
|
|
3. guru
membimbing siswa dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah
proyek yang dilakukan
|
Berpikir Elaboratif
Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
Mengembangkan/memperkaya
gagasan orang lain.
Cenderung memberi jawaban yang
luas dan memuaskan
Mampu membangun keterkaitan
antar konsep
|
|
5.
|
Fase 5:
Penilaian
Hasil
|
5.
|
Fase 5:
Penilaian
Hasil
|
|
1. guru
meminta siswa untuk mempresentasikan proyek yang telah dipersiapkan
|
1.
siswa mempresentasikan proyek yang sudah diselesaikannya
|
|
||
2. guru
meminta siswa untuk membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan teori
yang ada
|
2.
siswa membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada
|
Berpikir Evaluatif
Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
Mempunyai alasan (rasional)
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
|
||
3. guru
menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan
yang dieproleh
|
3. guru
menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan
yang dieproleh
|
|
||
|
4. guru
memberikan kesimpulan akhir untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki siswa
|
|
4. guru
memberikan test terakhir (posttest) kepada siswa
|
Berpikir Lancar
Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada pertanyaan.
Bekerja lebih cepat dari teman
lain
|
6.
|
Fase 6:
Mengevaluasi
Pengalaman
|
6.
|
Fase 6:
Refleksi
|
|
1. guru
memberikan siswa refleksi hasil belajar dengan memberikan soal posttest
|
1. guru
dan siswa mengevaluasi hasil belajar sejauh mana materi tersampaikan
|
Berpikir Elaboratif
Mampu membangun keterkaitan
antar konsep
|
||
2. guru
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah berupa proyek pada
pertemuan selanjutnya
|
2. siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek.
|
|
||
3. guru
meminta siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan sebuah proyek
|
3. guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
dirumah berupa proyek pada pertemuan selanjutnya
|
1. menurut pendapat
kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan
siswa dalam berpikir kreatif ?
2. apa saran dan
pendapat kalian terhadap inovasi yang sudah saya buat?
Menurut pendapat kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif ?
ReplyDeleteMenurut saya secara teori sudah cocok dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena ini telah saudari sesuaikan antara tahapan inovasi yg dibuat dengan indikator berpikir kreatif.
menurut pendapat kalian apakah inovasi model PJBL yang saya buat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif ?
ReplyDeleteMenurut saya Jika dilihat dari inovasi yang dian buat menurut saya sudah bagus dan jika dikaitkan secara teori model pjbl dapat berpengaruh terhadap berpikir kreatif, terlihat dari definisi berpikir kreatif itu sendiri adalah kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah. sedangkan pada model pjbl itu sendiri siswa dituntut unutk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.
menurut saya, inovasi yang Anda buat sudah bagus. namun saran saya, pada tahap pertama merumuskan masalah Anda juga harus membuat hipotesis bersama siswa dari permasalahan yang akan diselesaikan siswa. sehingga nanti, proyek apapun yang dibuat siswa yg berkaitan dgn materi laju reaksi dapat disimpulkan secara tegas dari hipotesis yg telah di ajukan.
ReplyDeleteMenurut saya untuk model PJBL ini sudah cocokkah jika disandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif, karena pada inovasi terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan membimbing/patokan pengerjaan proyek, dan disini akan menimbulkan dampak berpikir kreatif siswa.
ReplyDeleteKemudian saran saya : buat 2 kali pertemuan untuk lebih efektifnya pembalajaran menggunakan model PJBL.
menurut saya sintaks modifikasi model pembelajaran PjBL yang dian lakukan sudah baik, dan cocok dengan kemampuan berpikir kreatif karena pada dasarknya PjBL menuntut ssiwa dapat melakukan suatu proyek yang menghasilkan karya uni, beda dari yang lain namun tetap relevan dan untuk melakukannya dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. namun dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang matang mengingat PjBL itu membutuhkan alokasi waktu yang panjang sedangkan alokasi waktu belajar disekolah terbatas dan materi yang harus dipelajari juga banyak, jadi guru sangatlah berperan penting dalam melihat efektif atau tidaknya hasil modifikasi yang dilakukan.
ReplyDeletesetuju dengan pendapat kk, biasanya PJBL ini dilakukan minimal 3 kali pertemuan, maka dari itu untuk menggulangi waktunya perlu LKPD untuk mengefisiensi waktu
DeleteMenurut saya sintaks PJBL dan berfikiri kreatif yang dian buat sudah bagus namun disni permasalahannya sebaiknya disebutkan dulu apa itu fenomena alam yang dimaksud agar pembaca dapat memahami dengan jelas.
ReplyDeleteMenurut saya inovasi sintaks model PjBL yang dibuat oleh Dian sudah cukup baik dan cocok dengan kemampuan berpikir kreatif karena model pjbl itu sendiri siswa dituntut unutk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi.
ReplyDeletemenurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya. selain itu pada sintak juga terdapat langkah guru mengarahkan siswa untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan faktor-faktor laju reaksi, disini siswa akan terpancing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya
ReplyDeletesependapat dengan fira bahawa inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya.
Deletemenurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya. saya menyarankan agar pada pelaksanaan proyeknya siswa divariasikan proyeknya.
ReplyDeletemenurut saya inovasi sintak pjbl yang dibuat sudah cocok dengan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena disini guru banyak membimbing dan mengarahkan serta meminta siswa dalam melakukan kegiatan proyeknya serta dalam evaluasi sudah di berikan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa.
ReplyDeleteMenurut saya sampai saat ini masih cocok jika model PjBL dengan kemampuan berpikir kreatif jika disandingkan, karena memang dalam proses mengerjakan proyek dibutuhkan proses berpikir kreatif siswq bagaimana hasil yang akan dibentuk, waktu yangvdibutuhkan agar cukup dan kreasi2 apa yang bisa diterapkan agar dalam waktu singakat bisa segera selesai begitu misalnya
ReplyDelete