Keterampilan
Poses Sains (KPS)
Keterampilan merupakan kemampuan
menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk
mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan
sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan
penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Menurut Rustaman (2003),
keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses
siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman
langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang
dilakukan.
Keterampilan proses sains (KPS)
adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan
dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran.
Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa
untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Dimyati (2009), kelebihan
KPS adalah:
1. KPS dapat
memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan
konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
2. Memberikan
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.
3. KPS membuat
siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
KPS terdiri dari sejumlah keterampilan
tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:
1.
Mengamati
Mengamati adalah proses pengumpulan
data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat
menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin
inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan
demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai.
2.
Mengelompokkan/Klasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu
sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan
syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan
seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,
membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
3.
Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah
menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil
pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari
mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian
menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba
menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4.
Meramalkan
Meramalkan adalah memperkirakan
berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel (Firman, 2000). Apabila
siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut
telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.
5.
Mengajukan pertanyaan
Keterampilan proses mengajukan
pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa,
bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis.
6.
Merumusakan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan
yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.
7.
Merencanakan percobaan
Agar siswa dapat memiliki
keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus
dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat
tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk
menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan
langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana
mengolah hasil-hasil pengamatan.
8.
Menggunakan alat dan bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan
menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara
langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu,
siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.
9.
Menerapkan konsep
Keterampilan menerapkan konsep
dikuasai siswa apabila siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya
dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru
untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
10. Berkomunikasi
Keterampilan ini meliputi
keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan.
Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah
keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
Cara Mengukur Keterampilan Proses
Sains
1. Karakteristik Pokok Uji
Keterampilan Proses Sains
a. Karakteristik umum, yaitu:
·
Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani
konsep. Hal ini diupayakan agar poko uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan
konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah
dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
·
Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah
responden atau siswa. Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data
dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
·
Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya
mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.
b. Karakteristik khusus, yaitu:
·
Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
·
Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk
memperlihatkan pola
·
Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan
persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan
pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk
·
Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk
dapat mengajukan dugaan atau ramalan
·
Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu
untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk
bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
·
Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban
sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua
variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau
membuktikan
·
Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi
kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan
digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah,
mengendalikan peubah
·
Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat
konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
·
Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang
mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa
termotivasi untuk bertanya.
2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan
Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya
memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah informasi yang perlu
diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda
silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan
pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan
observasi tentang bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah
kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan
kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban
singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).
3. Pemberian Skor Pokok Uji
Keterampilan Proses Sains
Pokok uji keterampilan proses
memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan
bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas
yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya
membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat
kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3;
pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta
penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).
Pelaksanaan Penilaian Keterampilan
Proses Sains
Penilaian
merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam
pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan
sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai
kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver,
pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk, diantaranya:
1. Pretes
dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa
pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah
diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk
mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2. Diagnostik.
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun
ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa
memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan
pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan
siswa.
3. Penempatan
kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai
salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki
kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4. Pemilihan
kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa
sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba
sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba
sains dengan baik.
5. Bimbingan
karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian
keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian
keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan
kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus
direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009),
penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan
jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan
indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan
dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya
apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat
kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan
instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang
dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes
keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan
validasi instrumen.
7. Melakukan
ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan
butir-butir yang belum valid.
Terapkan
sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Pada
langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan
reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains
yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah
penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk
tujuan tertentu.
Pengukuran
terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper
and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan
dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian
melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan.
Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan
melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian,
menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan
akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.
Penilaian keterampilan proses
melalui tes tertulis
Penilaian
secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk
essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan
konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai
memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang
dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan
pemahaman yang lebih indiviualistik.
Sebuah
contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk tes essai,
sebagai berikut:
Sebuah
percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi ,
diperoleh data sebagai berikut:
Suhu (Derajat
Celsius)
|
Waktu (Detik)
|
30
|
120 s
|
50
|
90 s
|
60
|
30 s
|
Pertanyaan:
Tuliskan
rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Buatlah
kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Pengukuran
keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi dalam bentuk
pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan
dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh
dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif,
sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut
Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative
mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan
dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan
penilaian model ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak
memberi peluang tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi
siswa yang sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah
mengembangkan instrumen penilaian untuk mengukur keterampilan proses sains bagi
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam
bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam
pemecahan masalah dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat
untuk setiap pertanyaan.
Penilaian keterampilan proses
melalui bukan tes
Penilaian
melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam
bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan
pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati
perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses
sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk
hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa
secara integrative.
Menurut
Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010), penilaian
keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang
lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat
berupa rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan
menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial
terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta level unjuk
kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah
contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat
disajikan, sebagai berikut:
Tabel
1. Rubrik Percobaan Laboratorium
Kriteria
|
Skor
|
|||
4
(sangat
baik)
|
3
(baik)
|
2
(cukup)
|
1
(kurang)
|
|
Tujuan
percobaan
|
Mengidentifikasi
tujuan dan cirri khusus
|
Mengidentifikasi
tujuan
|
Mengidentifikasi
sebagian tujuan
|
Salah
mengidentifikasi tujuan
|
Alat
dan Bahan
|
Melist
semua alat dan bahan
|
Melist
semua bahan
|
Melist
beberapa bahan
|
Salah
melist bahan
|
Hypotesis
|
Memprediksi
dengan benar fakta dan membuat hipotesis
|
Memprediksi
dengan benar fakta
|
Memprediksi
dengan beberapa fakta
|
Menebak-nebak
|
Prosedur
|
Melist
semua tahap dan detail-detail khusus
|
Melist
semua tahap
|
Melist
beberapa tahap
|
Salah
melist tahap
|
Hasil
|
Data
direkam, diorganisir, dan digrafiskan
|
Data
direkam, diorganisir
|
Data
direkam
|
Hasil
salah atau tidak betul
|
Simpulan
|
Tampak
memahami konsep dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.
|
Tampak
memahami konsep yang telah dipelajari
|
Tampak
memahami beberapa konsep
|
Tidak
ada kesimpulan atau tampak miskonsepsi
|
Sebagaimana
pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu kriteria dan
level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal
dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada
kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling
atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja
terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level
kualitatif.
Dalam
rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan
kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh
rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang
dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik.
Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah
level kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan
penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam
implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik
penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini dikomunikasikan
kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian level
keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh
siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif.
Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan
balik (feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan
level khusus performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam
hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa
yang perlu pengembangan.
Dengan
demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur keterampilan
proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan
target yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun
dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.
Waktu dan Subjek Penilaian
Selain
perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian terintegrasi
dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga harus
direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat dilakukan
di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes, atau
selama pelaksanaan pembelajaran sebagai penilaian proses (on going
assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan sangat
ditentukan oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan
penilaian itu sendiri. Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan
perkembangan keterampilan proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran,
maka penilaian dapat dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian
keterampilan proses yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung
detail-detail pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi atau
rubrik penilaian.
Perihal
subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat disesuaikan dengan
tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains
dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian sebaya
dan penilaian diri. Keterampilan proses sains umumnya dilakukan penilaiannya
oleh guru pengampuh mata pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian
dari proses pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan
tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa sebagai
subyek penilaian.
Penilaian
yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam sebuah
kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok untuk
sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran
tersendiri sehingga masing-masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas
siswa selama bekerja dalam kelompok dan kontribusinya dalam mendukung hasil
kerja dapat dirasakan dan diamati secara persis oleh setiap anggota kelompok.
Dalam situasi ini, penilaian teman sebaya dapat digunakan sebagai data
pembanding yang dapat diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan
oleh guru. penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek
positif dalam perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini
diharapkan dapat meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh
kepada perkembangan keterampilan proses sains siswa.
Sementara
itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa dalam menilai
dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung bagi siswa.
Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah dicapainya, dan
secara sportif memberikan pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki
dampak psikologis yang diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk
terus mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun
demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya dapat
dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian disiapkan dengan
kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.
Berdasarkan uraian
diatas, dalam keterampilan proses sains ini ada banyak pengembangan tahaptahap
nya ada yang 13 keterampilan 7
keterampilan 10 keterampilan 6 keterampilan. Nah yang ingin saya tanyakan
perbedaan itu semua ada dimana dan apakah itu digunakan sesuai kebutuhan atau
pencapaian proses pembelajaran atau bagaimana ?.
Menurut kalian apakah
penilaian keterampilan proses sains ini lebih efektif untuk menilai perkelompok
atau perindividu. Karena keterampilan proses ini kan hanya bisa dinilai saat proses
berlangsung umumnya digunakan lembar observasi. Jelaskan!